Senin, 21 Mei 2012

2 Paradigma tentang Mahasiswa

“Mahasiswa itu harus kritis terhadap setiap kebijakan yang keluarkan oleh setiap penguasa, termasuk birokrasi kampus. Jangan asal telan setiap kebijakan yang ada, apalagi itu menyangkut wilayah publik yang tentunya akan membawa dampak bagi masyarakat secara luas. Itulah bentuk nasionalisme mahasiswa.”
“Nasionalisme mahasiswa itu hendaknya diwujudkan dalam bentuk keseriusan dalam belajar dan berkompetisi dalam berbagai ajang yang ada. Jangan ikut demo-demo yang tidak jelas apa tuntutannya. Sekarang zaman sudah berubah, tekunilah perkuliahan agar segera lulus dan bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.”
Dua pandangan yang sangat berbeda dalam menginterpretasikan rasa nasionalisme. Saya kira tidak ada yang salah dengan kedua pandangan tersebut. Namun yang salah adalah orang-orang yang “memegang” suatu sudut pandang itu lantas mendiskreditkan pemilik sudut pandang yang lain. Hal inilah yang sangat tidak baik. Bukanlah sikap orang yang bijak ketika menghujat (entah terang-terangan maupun tersebunyi, baik langsung maupun tidak langsung) pemilik sudut pandang yang berbeda.
Setidaknya itulah yang terjadi pada beberapa golongan yang ada di berbagai kampus. Ada beberapa orang yang berpandangan saklek pada salah satu sudut pandang itu lantas mendiskreditkan bahkan menghujat orang yang berbeda sudut pandang.
Ada satu cerita menarik, ketika komunikasi personal yang macet karena perbedaan sudut pandang yang “gagal terjembatani” ini. Salah satu pihak merasa pihak yang lain ini akan mengganggu kestabilan kampus. Karena perasaan semacam ini, lantas pihak tersebut “memilih” orang yang bersedia untuk mensuplai informasi tentang gerak-gerik pihak lain tersebut. Maka “diangkatlah” seorang informan yang tugasnya adalah untuk memantau dan melaporkan setiap gerak-gerik yang dilakukan pihak lain tersebut. Disamping itu pihak yang saklek itu melakukan berbagai upaya intervensi bahkan sampai kepada orang-orang sekitar yang notabene tidak mengerti apa-apa.
Awalnya hal ini terasa lucu, bisa-bisanya sampai melakukan hal sejauh itu. Tapi setalah dianalisa saya menyimpulkan bahwa ini sudah sangat keterlaluan. Dalam istilah politik, ini disebut politik kotor. Sungguh sangat tidak mencerminkan kedewasan dari pelakunya.
Kawan-kawan, memiliki sudut pandang/paradigma dalam hidup sangatlah penting, tetapi jangan sampai perbedaan paradigma ini menjadi alasan untuk memicu lahirnya perpecahan diantara kita, so sikap saling menghargai itu menjadi sikap wajib bagi kita agar bisa memahami karakter dan paradigma hidup orang lain, itu semata-mata agar perbedaan diantara kita tidak menjadi alasan munculnya perpecahan.