Pengen share
dikit tentang pernikahan.
(walau aku belum menikah, tapi boleh yaa....)
Menikah. Kata yang rumit dan sakral. Aku tidak bermaksud
menulis tentang risalah nikah yang bertele, hanya ingin berbagi hikmah yang aku
dapat aja. Kawan, tentu semua dari kita pasti ingin menikah. Entah segera
ataupun masih lama. Yang jelas semua pasti menginginkan mempunyai pasangan, ya
ga? Nah sebelum menikah, lebih baik kita diskusikan alasan dan tujuannya
menikah.
Nah, kalo pertanyaan soal tujuan dan alasan, bisa macem2
dech. Mulai A sampe Z semuanya ada. Daripada bingung njabarin alesan-alesan
yang seabreg, aku coba merangkumnya. OK guys? Lets check it out.
1. Alesan
pada kepengen nikah yang paling dasar –dan itu udah alami banget- adalah faktor
biologis. Jelaslah semua udah tau kalo dengan menikah itu kita bakal punya
pasangan yang halal –bin thoyyib insyaAlloh- untuk menyalurkan hasrat biologi
kita. Hmmmm....yang ini ga perlu dijabarin yaa... udah pada tau to? J
Nah, masa kita menikah Cuma
untuk tujuan itu?? Kagak banget tow?? Musty udah pada punya alesan n tujuan
yang lain, oke dech, kita lanjut....biasanya yang beginian lebih mentingin
faktor fisik. Yang cantik, yang tampan, yang macho, lemah gemulai
dan....-kalian pasti lebih hafal, hehehehe....
2. Yang
kedua nih...dan –insyaAlloh- yang umum dan banyak diantara kita ngelakuinnya.
Hmmm.....apa yaa..... J
Yups,tepat! Mencari teman yang bisa cocok, bisa diajak berbagi pas lagi seneng,
sedih, susah, gembira de el el....
Intinya calon kita tu orang
yang pas dengan kepribadian kita. Yach dalam bahasa yg lebih berat sih disebut
yang “punya kecocokan jiwa”.yang jiwanya saling “beresonansi”. Yang pendiem,
carinya yang pendiem ato sebaliknya.
3. Nah
yang ketiga ne yang “kelas berat” kenapa? OK dech, langsung aja disimak....
Jenis alesan yang ne emang
rada susah diomongin. Bahasane tinggi. Orang yang menikah dengan alesan ini
lebih karena “kesamaan visi” wuuiiiihhhh.....apaan tuh visi?? Visi tu kaya
“mimpi yang tertanggal” begitu Salim A. Fillah ngomong di bukunya “Jalan Cinta
Para Pejuang”. Yach simpelnya gini. Mereka menikah karena punya cita-cita yang
sama, dan kepengin menggapainya bareng-bareng. Mereka tidak lagi memandang
kecantikan dan resonansi jiwa sebagai faktor utama dalam menikah,. Bagi mereka,
manikah itu “menyatukan dua potensi” untuk menggapai cita tertinggi. Biasanya
cita-cita ini dalam konteks agama. Surga Firdaus tentunya. Makanya dalam
pernikahan mereka yang ada adalah kerja-kerja besar keummatan. Mereka sudah
“selesai dengan dirinya” begitu kata Anis Matta dalam bukunya “Mencari Pahlawan
Indonesia”. Makanya mereka menganggap rindu, cemburu dan semua “ramuan rasa
dalam rumah tangga” hanya menjadi bumbu dalam kehidupan. Bumbu yang selalu
mengingatkan mereka akan tujuan tertinggi mereka, yaitu Surga.
Nah, sudah waktunya bertanya pada diri kita. “kita
termasuk yang mana?”, mumpung belom terlambat, hehehehe...
OK guys, maaf kalo “nyodok” yaa....just share “for a
better life” kata iklan gitu.....#korban iklan, hehehehe....