Jumat, 19 Juli 2013

Sang Bulan

Menyembul indah di ufuk timur
Disertai angin lembut yang membelai wajah
Kenapa engkau tergesa datang?
Bukankah engkau bertugas menerangi malam?

                                     Wahai anak Adam
                                     Aku bergegas berangkat dari peraduan
                                     Untuk mengingatkanmu
                                     Mulai hari ini, telah masuk fase kedua
                                     Di bulan penuh Rahmat

Astaghfirulloh....
Engkau benar wahai rembulan
Aku lalai
Akan cita, asa dan doa....
Ya!
Telah datang
Malam-malam penuh ampunan
Dalam malam dekapanNYA lebih erat
Mendekap hangat
Menghibur diri yang berlumur dosa
Syukron katsir wahai Rembulan
Engkau telah mengingatkan jiwa
Yang membara namun mudah padam

                                      Wahai anak Adam
                                      Bersyukurlah, merintihlah hanya padaNYA
                                      Karena Ia engkau ada
                                      Karena Ia engkau menjadi bermakna....

Kamis, 18 Juli 2013

Hijab

Bukan hanya kain yg dipakai untuk menutup kepala
Namun dijulurkan sampai menutupi dadanya...
Bukan dengan pakaian ketat ia dipadukan
Namun dengan pakaian longgar yang tidak menampakkan lekuk tubuh...
Bukan kain transparan yang tembus pandang
Namun ia lembut tanpa menghilangkan tugasnya untuk menutup...
Bukan hanya fisik yang diperintahkan
Namun hati wajib melaksanakan...
Bukan menyerupai lelaki ketika dikenakan
Namun rupawan khas muslimah sesuai aturan
Perhatikan hijabmu wahai saudariku...

Bukan hanya takut kita merasa
Namun cinta lebih utama...
Bukan hanya perintah-larangan yang ada
Namun cinta kasih lebih merata...
Ar Rahman untuk semua
Namun Ar Rahim hanya untuk yang beriman...

Kamis, 11 Juli 2013

Bab II Landasan Teori



2.1.   Buku Teks dan Karakteristiknya
2.1.1.      Pengertian Buku Teks
Buku teks menurut Tarigan didefinisikan sebagai buku pelajaran dalam bidang studi tertentu merupakan buku standar yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu untuk maksud-maksud dan tujuan instruksional yang diperlengkapi dengan sarana dan mudah dipahami oleh para pemakainya, di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi dalam menunjang sesuatu program pembelajaran.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 43 Ayat 5, buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. Buku pelajaran digunakan sebagai acuan wajib oleh guru dan peserta didik dalam pembelajaran. Kelayakan isi, bahasa penyajian dan kegrafikan buku teks pelajaran dinilai oleh BSNP dan ditetapkan dengan ketetapan Menteri.
Menurut Tarigan (1986) ada beberapa sumber yang dapat digunakan dalam penyusunan pedoman penelaahan buku teks, antara lain sebagai berikut.
(1)   Kurikulum yang berlaku.
(2)   Karakteristik mata pelajaran atau ilmu yang relevan.
(3)   Hubungan antara kurikulum, mata pelajaran dan buku teks.
(4)   Dasar-dasar penyusunan buku teks.
(5)   Kualitas buku teks.
(6)   Prinsip-prinsip penyusunan buku kerja.
(7)   Penyeleksian buku kerja.
Greene dan Petty, sebagaimana dikutip oleh Tarigan memberikan beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai kualitas buku teks, yaitu minat siswa, motivasi, ilustrasi, linguistik, terpadu, menggiatkan aktivitas, kejelasan konsep, titik pandang, pemantapan nilai-nilai, menghargai pribadi.
Teori Greene dan Petty ini sedikit diberi tambahan dan perubahan oleh Tarigan, sehingga menjadi :
(1)   Sudut Pandang (Point of View)
Buku teks harus mempunyai landasan, prinsip atau sudut pandang tertentu yang menjiwai buku teks secara keseluruhan. Sudut pandang ini dapat berupa teori dari ilmu jiwa, bahasa dan sebagainya.
(2)   Kejelasan Konsep
Konsep-konsep yang digunakan dalam suatu buku teks harus jelas dan tandas. Keremang-remangan dan kesamaran perlu dihindari agar siswa atau pembaca mendapat kejelasan atas berbagai uraian yang dikmukakan.
(3)   Relevan dengan Kurikulum
Buku teks harus relevan dengan kurikulum yang berlaku. Hal ini sesuai dengan fungsinya sebagai media pengajaran di sekolah yang mau tidak mau harus mengikuti berbagai ketentuan kelembagaan, termasuk di dalamnya kurikulum.
(4)   Menarik Minat
Buku teks ditulis untuk siswa. Oleh karena itu,penulis buku teks harus mempertimbangkan minat siswa pemakai buku teks tersebut. Semakin sesuai dengan minat siswa, semakin tinggi dan menarik buku teks itu.
(5)   Menumbuhkan Motivasi
Buku teks yang baik ialah buku teks yang dapat membuat siswa mrasa ingin dan senang untuk mengerjakan tugas atau latihan-latihan yang ada dalam buku tersebut.
(6)   Menstimulasikan Aktivitas Siswa
Buku teks yang baik ialah buku teks yang merangsang, menantang dan menggiatkan aktivitas siswa. Hal ini sesuai dengan konsep CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) atau klasifikasi nilai.
(7)   Ilustratif
Buku teks harus disertai dengan ilustrasi yang mengena dan menarik. Ilustrasi yang cocok pastilah memberikan daya tarik tersendiri serta memperjelas hal yang dibicarakan.
(8)   Komunikatif
Buku teks harus dimengerti oleh pemakainya, yakni siswa. Pemahaman harus didahului oleh komunikasi yang tepat. Faktor utama yang berperan disini ialah bahasa. Bahasa buku teks haruslah :
(a)    sesuai dengan bahasa siswa,
(b)   kalimat-kalimatnya efektif,
(c)    terhindar dari makna ganda,
(d)   sederhana,
(e)    sopan, dan
(f)    menarik.
(9)   Menunjang Mata Pelajaran Lain.
Dengan mempelajari buku teks satu mata pelajaran dapat menambah pengetahuan bagi mata pelajaran lain.
(10)  Menghargai Perbedaan Individu
Buku teks yang baik tidak membesar-besarkan perbedaan individu dalam kemampuan, bakat, ekonomi dan sosial budaya.
(11)  Memantapkan Nilai-Nilai
Buku teks yang baik berusaha memantapkan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, melestarikan nilai-nilai perjuangan dan semangat UUD 1945, nilai luhur Pancasila sehingga siswa akan berusaha melestarikannya.

Menurut Greene dan Petty, sebagaimana dikutip oleh Tarigan (1986:91) bahwa untuk melakukan penilaian terhadap suatu buku teks yang meliputi:
(1)   pendekatan,
(2)   tujuan,
(3)   bahan Pengajaran,
(4)   metode,
(5)   evaluasi, dan
(6)   komunikatif.

2.2.   Fungsi Buku Teks
Menurut Tarigan (1986) buku teks disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku serta dengan memperhatikan dan memenuhi tuntutan mata pelajaran atau ilmu yang relevan. Buku teks yang berkualitas akan digunakan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan dalam proses pembelajaran. Karena itu sering dikatakan bahwa buku teks adalah salah satu jenis buku yang paling penting dan fungsional bagi siswa di sekolah.
Sebagai pengejawantahan kurikulum, buku teks harus berfungsi sebagai wahana penunjang dan pelaksanaan serta pengoperasian kurikulum, maka tidak ada pilihan lain buku teks harus benar-benar mengikuti, menuruti dan melaksanakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam kurikulum.
Dalam konteks relevansi ilmu buku teks berfungsi sebagai sumber informasi. Bahan pelajaran yang terkandung dalam buku teks berupa teori, prinsip dan generalisasi dari ilmu-ilmu tertentu yang akan dipelajari oleh siswa. Greene dan Petty telah merumuskan beberapa fungsi buku teks sebagai berikut.
(1)   Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pengajaran yang disajikan.
(2)   Menyajikan suatu sumber pokok masalah atau subject matter yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa, sebagai dasar bagi program-program kegiatan yang disarankan dimana keterampilan-keterampilan ekspresional diperoleh dibawah kondisi yang menyerupai kehidupan yang sebenarnya.
(3)   Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai keterampilan-keterampilan ekspresional yang mengemban masalah pokok dalam komunikasi.
(4)   Menyajikan bersama-sama dengan buku manual yang membandingkannya. Metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi para sisiwa.
(5)   Menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan juga sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis.
(6)   Menyajikan bahan/sarana evaluasi dan remedikal yang serasi dan tepat guna.
Suatu buku teks harus mencerminkan suatu sudut pandang yang jelas. Apa prinsip-prinsip yang digunakan, pendekatan yang dianut, metode yang digunakan, serta teknik pembelajaran yang digunakan.
Buku teks sebagai pengisi bahan harus menampilkan sumber bahan yang mantap, sistematis dan bervariasi. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan menarik siswa. Buku teks disesuaikan dengan hakekat mata pelajaran, misalnya umum-khusus, mudah-sukar, sebagian-keseluruhan dan sebagainya.
Metode dan sarana penyajian bahan dalam buku teks harus memenuhi syarat tertentu. Misalnya harus menarik, menantang, bervariasi sehingga siswa benar-benar merasa termotivasi untuk mempelajari buku teks tersebut.
Buku teks sebaikanya menyajikan bahan secara mendalam. Ini berguna bagi penyelesaian tugas dan latihan yang dituntut dari siswa. Tugas dan latihan ini pada gilirannya memperdalam pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa terhadap isi buku teks.
Di samping sebagai sumber informasi buku teks juga berperan sebagai sumber evaluasi dan pengajaran remedial. Artinya disamping berisi bahan pelajaran buku teks juga berisi alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan dari proses pembelajaran.
Secara ringkas, fungsi buku teks dijabarkan melalui diagram berikut ini.
Diagram 1. Fungsi Buku Teks
2.3.   Kurikulum
2.3.1.      Definisi Kurikulum
Kurikulum telah dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan sejak kurang lebih satu abad yang lampau. Di Indonesia sendiri kurikulum baru populer sejak tahun lima puluhan yang dipopulerkan oleh mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di Amerika Serikat.
Ada banyak definisi kurikulum, hal ini dikarenakan kurikulum mengalami perkembangan untuk menyesuaikan perkembangan jaman. Disini hanya akan disampaikan beberapa saja, diantaranya sebagai berikut.
(1)   Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kurikulum diartikan sebagai perangkat pembelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan.
(2)   Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum diartikan sebagai seperangkat  rencana dan pengaturan mengenai  tujuan,  isi, dan bahan pelajaran  serta  cara  yang  digunakan  sebagai  pedoman  penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Menurut undang-undang sisdiknas, kurikulum  adalah  seperangkat  rencana  dan  pengaturan  mengenai  tujuan,  isi,  dan bahan  pelajaran  serta  cara  yang  digunakan  sebagai  pedoman  penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Keberadaan kurikulum menjadi urgent mengingat bahwa proses transfer ilmu ini dilakukan secara terstruktur dan berjenjang. Dengan pembuatan kurikulum ini setiap pelaku pendidik bisa mengukur dalam dan luas materi yang akan disampaikan kepada peserta didik.
Pembahasan mengenai kurikulum dapat  ditelaah dari tiga sudut pandang. Pandangan pertama, berhubungan dengan aspek teori dan terlukis dalam kurikulum berdasarkan apa, yang tercantum dalam dokumen tertulis. Kurikulum sekolah dalam dokumen tertulis atau dikenal dengan istilah  intended curriculum  memuat tiga hal, yaitu sebagai berikut.
(1)   Dokumen yang memuat garis-garis besar pokok bahasan (SI).
(2)   Dokumen yang memuat panduan pelaksanaan pembelajaran.
(3)   Dokumen buku yang memuat panduan penilaian hasil belajar siswa.
Kurikulum dalam pandangan kedua tercermin dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di kelas atau dikenal dengan istilah implemented curriculum. Kurikulum dalam pandangan kedua ini pada hakekatnya adalah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar termasuk pelaksanaan penilaian hasil belajar siswa oleh guru. Sedangkan pandangan ketiga yang dikenal performanced curriculum adalah kurikulum yang tercermin dalam belajar yang dicapai siswa pada akhir satuan waktu pembelajaran, mulai dari satuan terkecil yaitu Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP) sampai dengan satuan terbesar yaitu satu jenjang pendidikan. Sejalan dengan ketiga pandangan tersebut maka kualitas pendidikan matematika pada tiap jenjang pendidikan dapat ditinjau dari kualitas kurikulum tertulis dan relevansinnya dengan pelaksanaan kurikulum oleh guru, dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Kurikulum dalam dokumen tertulis pada umumnya disusun oleh para pakar bidang studi, guru bidang studi yang sejenis yang telah berpengalaman serta pihak lain yang berwenang. Betapapun tingginya kualitas kurikulum dalam dokumen tertulis tanpa implementasi kurikulum yang ditampilkan oleh guru dengan baik, maka kualitas pendidikan yang tinggi sulit terwujud. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan memerlukan pembahasan yang saling terkait mengenai ketiga pandangan kurikulum di atas. Pada saat ini titik tolak pandangan pada pengkajian  kurikulum tertulis yang tertuang dalam dokumen Standar Isi (SI), dengan asumsi bahwa jika SI sudah memadai dan relevan dari aspek pedagogik, konsekuensinya sesuai perkembangan mental anak, serta mampu mengakomodir perkembangan iptek menjadi dasar yang tepat untuk melakukan implementasi kurikulum di tingkat satuan pendidikan terutama pada upaya penyiapan pembekalan penguasaan proses pembelajaran oleh guru.
Menurut Sumarmo (1999), mengacu pada pembahasan di atas, fokus pembahasan kurikulum dapat ditelaah dari tiga aspek, yaitu  Intended Curriculum, Implemented Curriculum, dan Attained Curriculum. Secara garis besar kaitan antara ketiga aspek kurikulum tersebut tergambar dalam Diagram 2.
Aspek pertama, Intended Curriculum merupakan muatan dalam dokumen tertulis yang tercermin dalam pedoman kurikulum atau SI, Silabus, RPP, dan buku teks untuk tiap jenjang satuan pendidikan. Di negara kita, Intended Curriculum mengandung dua macam muatan yang bersifat nasional (Kurikulum Nasional) dan ditetapkan oleh Mendiknas dan yang bersifat lokal yang ditetapkan oleh daerah berdasarkan kondisi dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Evaluasi mutu pendidikan pada satu jenjang pendidikan tertentu dapat dilaksanakan melalui analisis terhadap Intended Curriculum atau dokumen tertulis kurikulum pada jenjang yang bersangkutan.
Aspek kedua, Implemented Curriculum merupakan kurikulum yang berlangsung di kelas atau tergambar dalam kegiatan belajar-mengajar yang dilaksanakan oleh guru. Dengan kata lain, Implemented Curriculum berhubungan dengan kenyataan apa yang terjadi di kelas atau apa yang diajarkan guru dan bagaimana cara guru mengerjakannya.
Aspek ketiga,  Attained Curriculum merupakan kurikulum yang tercermin dalam hasil belajar siswa baik bersifat kognitif,  afeksi, maupun psikomotor. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat  penyusunan silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Konstelasi ketiga aspek tersebut, disajikan sebagai berikut.
Komponen                                          Aspek                                                   Fokus
Pembahasan                                   Kurikulum                                         Pembahasan
Intended Curriculum
Implemented Curriculum
Attained Curriculum
 
Analisis Kurikulum                                                                                           Sistem
(Dokumen tertulis)                                                                                        Pendidikan



Proses                                                                                                      Satuan Pendidikan
Pembelajaran di Kelas                                                                                    dan Kelas



Hasil Belajar                                                                                                      Siswa
Siswa
                                                    
Diagram 2. Tiga Aspek Kurikulum
2.3.2.      Struktur Kurikulum SMP/MTs
Struktur kurikulum SMP/MTs meliputi substansi pelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun dimulai kelas VII sampai kelas IX. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi kelulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut.
(1)   Kurikulum SMP/MTs memuat 10 mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri seperti tertera pada tabel dibawah.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah yang materinya dikelompokkan dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepadan peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.
(2)   Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP/MTs merupakan “IPA terpadu” dan “IPS terpadu”.
(3)   Jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pelajaran per pekan secara keseluruhan.
(4)   Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 40 menit.
(5)   Pekan efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 pekan.
Struktur kurikulum SMP/MTs disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1. Struktur Kurikulum SMP/MTs
Komponen
Kelas dan Alokasi Waktu
VII
VIII
IX
A.
Mata Pelajaran
2
2
2
1.
Pendidikan Agama
2
2
2
2.
Pendidikan Kewarganegaraan
4
4
4
3.
Bahasa Indonesia
4
4
4
4.
Bahasa Inggris
4
4
4
5.
Matematika
4
4
4
6.
Ilmu Pengetahuan Alam
4
4
4
7.
Ilmu Pengetahuan Sosial
4
4
4
8.
Seni Budaya
2
2
2
9.
Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan
2
2
2
10.
Keterampilan/Teknologi dan Komunikasi
2
2
2
B.
Muatan Lokal
2
2
2
C.
Pengembangan Diri
2*)
2*)
2*)

Jumlah
32
32
32
2*) Ekuivalen 2 jam pelajaran


2.4.   Tujuan Pembelajaran Matematika
Mata pelajaran matematika diberikan kepada peserta didik mulai jenjang Sekolah dasar hingga sekolah menengah. Hal ini dimaksudkan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta mampu bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi.
Dalam Buku Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah sebagai berikut.
(1)   Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.
(2)   Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
(3)   Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
(4)   Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
(5)   Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Menurut penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas, sebagaimana dikutip olehWardhani (2008), bahwa ada beberapa indikator yang bisa digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajara matematika. Adapun beberapa indikator tersebut sebagai berikut.
(1)   Pada tujuan pertama pembelajaran matematika ada beberapa indikator, yaitu :
(a)    menyatakan ulang sebuah konsep,
(b)   mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya,
(c)    memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep,
(d)   menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis,
(e)    mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep,
(f)    menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, dan
(g)   mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.
(2)   Pada tujuan kedua pembelajaran matematika ada beberapa indikator, yaitu :
(a)    mengajukan dugaan,
(b)   melakukan manipulasi matematika,
(c)    menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi,
(d)   menarik kesimpulan dari pernyataan,
(e)    memeriksa kesahihan suatu argumen, dan
(f)    menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.
(3)   Pada tujuan ketiga pembelajaran matematika ada beberapa indikator, yaitu :
(a)    menunjukkan pemahaman masalah,
(b)   mengorganisasikan data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah,
(c)    menyajikan masalah secara matematis dalam berbagai bentuk,
(d)   memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat,
(e)    mengembangkan strategi pemecahan masalah,
(f)    membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah, dan
(g)   menyelesaikan masalah yang tidak rutin.
(4)   Pada tujuan keempat pembelajaran matematika, peserta didik dikatakan mampu dalam komunikasi matematis bia ia mampu mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
(5)   Pencapaian tujuan kelima pembelajaran matematika lebih banyak ditentukan oleh bagaimana cara guru mengelola pembelajaran daripada bagaimana peserta didik belajar.
Dalam web resmi PPPPTK Matematika disampaikan bahwa tujuan matematika diajarkan di sekolah secara umum adalah sebagai berikut.
(1)   Tujuan yang bersifat formal, menekankan kepada menata penalaran dan membentuk kepribadian peserta didik.
(2)   Tujuan yang bersifat material menekankan kepada kemampuan memecahkan masalah dan menerapkan matematika.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan tujuan matematika dalam standar isi sebagai acuan dalam penelitian.
2.5.   Analisis Buku Teks Matematika
Ada banyak hal yang bisa dilihat dari sebuah buku teks. Menurut BSNP ada empat komponen dalam penilaian buku teks yang dilaksanakan dalam dua tahap pokok, yaitu sebagai berikut.
(1)   Kelayakan isi
Komponen kelayakan isi ini diuraikan menjadi sub komponen atau indikator berikut.
(a)    Aligment dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran, perkembangan anak, dan kebutuhan masyarakat.
(b)   Substansi keilmuan dan life skills.
(c)    Wawasan untuk maju dan berkembang.
(d)   Keberagaman nilai-nilai sosial.
(2)   Kebahasaan
Komponen kebahsaan ini diuraikan menjadi beberapa subkomponen sebagai berikut.
(a)    Keterbacaan.
(b)   Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
(c)    Logika berbahasa.
(3)   Penyajian
Komponen penyajian diuraikan menjadi beberapa subkoomponen sebagai berikut.
(a)    Teknik.
(b)   Materi.
(c)    Pembelajaran.
(4)   Kegrafikan
Komponen kegrafikan ini diuraikan menjadi beberapa subkomponen sebagai berikut.
(a)    Ukuran/format buku.
(b)   Desain bagian kulit.
(c)    Desain bagian isi.
(d)   Kualitas kertas.
(e)    Kualitas cetakan.
(f)    Kualitas jilidan.
Dalam kajian matematika, komponen yang tercantum dalam BSNP didetailkan agar menghasilkan analisis yang baik. Adapun standar penilaian buku teks matematika meliputi :
(1)   Aspek materi
Penilaian aspek materi berkaitan dengan materi matematika yang terdapat di setiap bab. Aspek materi dijabarkan dalam:
(a)    kelengkapan,
(b)   keakurasian,
(c)    penalaran dan pembuktian,
(d)   pemecahan masalah,
(e)    komunikasi,
(f)    keterkaitan materi,
(g)   keterkaitan antara konsep dengan gambar, tabel, dst,
(h)   aktivitas yang mendukung,
(i)     materi yang tidak tumpang tindih, dan
(j)     soal kontekstual.
(2)   Aspek penyajian
Penilaian aspek penyajian berkaitan dengan peserta didik atau pembacanya. Aspek penyajian dijabarkan sebagai berikut.
(a)    Pencantuman tujuan pembelajaran.
(b)   Kemampuan prasyarat.
(c)    Penggunaan produk teknologi.
(d)   Kebermaknaan dan manfaat.
(e)    Proses pembentukan pengetahuan.
(f)    Pelibatan peserta didik secara aktif.
(g)   Mendorong peserta didik untuk tertarik.
(h)   Refleksi dan evaluasi mandiri.
(i)     Materi yang dapat dipahami oleh peserta didik.
(j)     Matematika bukan sebagai kumpulan rumus dan algoritma.
(k)   Penampilan visual.
(l)     Kode etik hak cipta, tata krama dan gender.
(3)   Aspek bahasa dan keterbacaan
Penilaian aspek bahasa dan keterbacaan berkaitan dengn bahasaIndonesia yang dipakai pada buku. Aspek bahasa dan keterbacaan dijabarkan sebagai berikut.
(a)    Tata bahasa.
(b)   Bahasa sebagai kemampuan berlogika.
(c)    Tingkat bahasa dengan pembaca.
(d)   Ejaan.
(e)    Bahasa yang komunikatif.
Menurut Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional yang disusun pada tahun 2003 menjelaskan tentang standar buku teks berdasarkan aspek, kriteria dan indikatornya. Penjelasan itu ditampilkan dalam tabel dibawah ini.
ASPEK

KRITERIA
INDIKATOR
MATERI
1.    Materi menyediakan definisi, konsep, prosedur/algoritma, teorema, sifat-sifat, contoh da soal-soal latihan.
a.    Materi memuat konsep, definisi, prosedur/algoritma, teorema dan sifat-sifat
b.    Materi memuat contoh-contoh dan soal-soal latihan yang menunjang konsep
c.    Materi memuat penjelasan yang dapat membangun pengetahuan siswa

2.    Materi (konsep, definisi, prosedur/algoritma, teorema, sifat-sifat, contoh, soal-soal latihan, simbol dan notasi) diuraikan secara tepat.
a.    Materi menyampaikan konsep, definisi, prosedur/algoritma, teorema, sifat-sifat, contoh, soal-soal latihan, simbol dan notasi secara akurat
b.    Materi memuat contoh dan soal secara akurat
c.    Materi memuat penjelasan secara akurat

3.    Materi memunculkan aspek penalaran dan pembuktian.
a.   Materi disajikan secara runtut (tahap demi tahap)
b.   Kesimpulan diambil dari fakta sebelumnya
c.   Kesimpulan diambil dari data yang diberikan

4.    Materi memunculkan aspek pemecahan masalah.
a.   Materi memuat strategi-strategi yang dapat membantu siswa untuk menyelesaikan soal-soal non-rutin (soal yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk muncul dengan berbagai strategi penyelesaian)
b.   Materi memuat soal non-rutin yang relevan dengan topik da jumlah yang memadai
c.   Materi memuat soal non-rutin dalam konteks yang bervariasi

5.    Materi memunculkan aspek komunikasi.
a.   Materi menyediakan tugas atau aktivitas yang mendorong siswa untuk mengkomunikasikan ide mereka dalam berbagai bentuk secara tertulis (individu, berpasangan, berkelompok)
b.   Materi memuat tugas untuk mencari informasi melalui gagasan lisan maupun tulisan

6.   Materi memunculkan aspek keterkaitan (connection) dengan materi lain.
a.   Materi memuat hubungan antar bab atau antar bagian lain dari matematika
b.   Materi memuat hubungan antar konsep matematika dengan ilmu yang lain
c.   Materi memuat hubungan antar konsep yang dibicarakan dengan pengalaman sehari-hari

7.   Penyajian konsep-konsep pada bab diperjelas dengan gambar, tabel, rumus, cerita, grafik dan ilustrasi.
a.   Penyajian bab menjelaskan pengaitan konsep dengan gambar atau ilustrasi yang ada
b.   Penyajian bab menjelaskan pengaitan antara konsep dengan tabel atau grafik
c.   Penyajian bab menjelaskan pengaitan antara konsep dengan cerita atau ilustrasi

8.   Materi menyediakan kegiatan (task) untuk menunjang tujuan atau kemampuan (kompetensi) yang dirumuskan dalam kurikulum.
a.   Materi memuat tugas atau task atau proyek yang menunjang terbentuknya kompetensi yang dituntut kurikulum
b.   Materi memuat kegiatan-kegiatan yang bervariasi (misal: adanya ekspeerimen, investigasi, inquiri, konteks)
c.   Materi memuat kegiatan dalam jumlah yang wajar (sesuai dengan waktu yang tersedia)

9.   Materi yang diuraikan tida tumpang tindih (overlap)
a.   Materi yang diuraikan tidak diulang-ulang secara berlebihan
b.   Contoh yang diuraikan bervariasi
c.   Soal-soal yang diberikan bervariasi

10.              Tersedia soal-soal kontekstual (contextual problem) untuk mengawali pelajaran (guna memperkenalkan konsep).
a.   Contextual problem tersebut disediakan pada awal bab
b.   Contextual problem tersebut disediakan pada tengah bab
c.   Contextual problem tersebut disediakan pada akhir bab dalam bentuk soal aplikasi.
PENYAJIAN
1.   Bab menyebutkan materi dan kemampuan prasyarat yang telah dimiliki siswa (pre-knowledge) untuk digunakan pada bab ini.
a.   Pada awal uraian bab (materi), siswa diingatkan  tentang kemampuan, keterampilan dan pengetahuan awal yang dibutuhkan untuk memahami bab
b.   Pada awal bab dibahas secara singkat kemampuan, keterampilan da pengetahuan awal yang dibutuhkan untuk memahami
c.   Pada awal bab termuat soal-soal/latihan yang mencerminkan kemampuan awal, keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami bab

2.   Bab menyajikan konsep-konsep matematika dengan melibatkan produk teknologi
a.   Produk teknologi seperti : kalkulator dan komputer digunakan untuk membantu menyelesaikan persoalan problem solving
b.   Teknologi digunakan untuk aktivitas-aktivitas observasi, eksplorasi, investigasi, konjektur serta menjawab secara informal
c.   Penyajian melibatkan siswa dalam hands on activity (menonjolkan aspek motorik)

3.   Penyajian bab menekankan kebermaknaan (meaningful) dan manfaat (useful)
a.   Penyajian bab menggunakan konteks yang dekat dengan lingkungan siswa, baik melalui penyajian bab terdahulu atau dari pengalaman sehari-hari
b.   Penyajian bab menyadarkan siswa untuk menggunakannya pada bagian lain dari matematika

4.   Bab menyadarkan siswa untuk menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari
Menyadarkan siswa akan keterpakaiannya ide-ide/konsep dalam sub topik ini pada bagian lain dari matematika, pelajaran lain maupun kehidupan

5.   Penyajian bab memunculkan proses pembentukan pengetahuan matematika melalui aktivitas eksplorasi (menjelajah/mencari-cari) , observasi (mengamati), inkuiri (mencaritahu), investigasi (menyelidiki), konjektur (memberikan dugaan), generalisasi (memperumum), abstraksi (memformulakan) dan aplikasi (menerapkan)
a.    Penyajian memuat kegiatan ekplorasi untuk proses pembentukan pengetahuan matematika
b.    Penyajian memuat kegiatan observasi untuk proses pembentukan pengetahuan matematika
c.    Penyajian memuat kegiatan inkuiri untuk proses pembentukan pengetahuan matematika
d.    Penyajian memuat kegiatan investigasi untuk proses pembentukan pengetahuan matematika
e.    Penyajian memuat kegiatan konjektur untuk proses pembentukan pengetahuan matematika
f.     Penyajian memuat kegiatan generalisasi dan abstraksi untuk proses pembentukan pengetahuan matematika
g.    Penyajian memuat kegiatan dan soal-soal yang menyangkut aplikasi

6.   Penyajian bab melibatkan siswa secara aktif (enganged) untuk mengembangkan proses berfikir dalam belajar matematika
a.    Penyajian bab memotivasi (mendorong) siswa untuk terikat dalam mencapai tujuan (penyajian menimbulkan rasa ingin tahu dari siswa, misanya ada soal-soal kontekstual, ada soal-soal menantang)
b.    Penyajian bab memotivasi (mendorong) siswa untuk terikat dalam menentukan strategi penyelesaian
c.    Penyajian bab memotivasi (mendorong) siswa untuk terikat dalam menentukan generalisasi/perluasan dan kesimpulan

7.   Penyajian mendorong (memotivasi) siswa untuk tertarik pada matematika
a.    Penyajian bab menarik minat siswa untuk mengetahui lebih jauh tentang bab yang dipelajari (adanya challenging problem dan follow up problem). [expert judgement]
b.    Penyajian atau soal-soal berkaitan dengan masalah kontekstual atau pengalaman sehari-hari siswa
c.    Penyajian atau soal-soal berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa antara lain lingkungan siswa, lingkunga hidup, polusi, banjir, penghijauan dan lain-lain

8.   Penyajian bab mendorong siswa untuk melakukan refleksi dan evaluasi diri
a.    Bab menyajiakan evaluasi mandiri (kunci jawaban untuk sebagian, latihan soal yang menguji pemahaman menyeluruh, atau soal-soal ulangan umum)
b.    Bab memberikan contoh tentang refleksi atau meminta siswa untuk melakukan refleksi melalui tulisan yang dibuat oleh siswa
c.    Bab memuat tentang evaluasi mandiri da refleksi

9.   Penyajian materi bab dapat dipahami oleh siswa (pertimbangan pakar)
a.    Penyajian materi menggunakan cerita (misanya dalam bentuk gambar, ilustrasi/skema/grafik/ diagram) sesuai dengan jenjang kemampuan siswa
b.    Penyajian menggunakan bahasa yang sederhana sesuai kemampuan berbahasa siswa
c.    Penyajian menggunakan notasi dan simbol yang tepat

10.              Penyajian bab tidak memberi kesan bahwa matematika merupakan kumpulan rumus dan soal-soalnya selalu hanya mempunyai satu cara jawab yang benar
a.    Penyajian rumus diawali dengan penjelasan (sebelum tiba pada kesimpulan rumus, bab tersebut memberikan motivasi dan uraian tentang bagaimana/proses memperoleh rumus itu)
b.    Penyajian rumus diakhiri dengan penjelasan (setelah sampai pada kesimpulan rumus, buku tersebut memberikan kegunaan rumus yang diberi)
c.    Terdapat pernyataan atau ungkapan bahwa strategi/jawaban yang benar dari suatu permasalahan tidaklah tunggal (persoalan atau permasalahan open-ended)

11.              Secara visual penyajian dan penulisan konsep, ide, istilah, simbol, rumus, definisi dan teorema yang penting disajikan dengan jelas
a.    Definisi, istilah, rumus, ditulis dengan huruf tebal (highlight)
b.    Tata letak memberikan kenyamanan dalam membaca materi yang tersedia
c.    Penyajian memberikan ilustrasi sehingga penyajian nyaman untuk dibaca

12.              Penyajian memperhatikan kode etik dari hak cipta, tata krama dan gender
a.    Penyajian tidak melanggar kode etik (contoh melanggar tida menyebut daftar pustaka, mengambil tabel, dan tanpa menyebut sumbernya)
b.    Penyajian tidak melanggar tata krama
c.    Penyajian tida menempatkan salah satu gender terhadap gender yang lain
BAHASA DAN KETERBACAAN
1.   Kalimat-kalimat yang digunakan sesuai dengan Kaidah Bahasa Indonesia
a.    Strukutur kalimat yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa indonesia
b.    Kalimat yang dipakai dapat dipahami siswa [expert-judgement]
c.    Kalimat menggunakan kaidah paralelisme yang benar

2.   Kalimat-kalimat melibatkan kemampuan berfikir logis
a.    Kalimat yang digunakan mencerminkan cara berfikir logis (misal: penggunakan kata-kata, “jika ..., maka ... sehingga,karena itu, dengan demikian, agar, sedemikian sehingga. Jika dan hanya jika, paling sedikit, paling banyak, satu dan hanya satu, tepat satu.”)
b.    Kalimat yang mengindikasikan berfikir logis digunakan sesuai dengan tingkat pemahaman siswa
c.    Kesimpulan dibuat berdasarkan data atau keterangan yang diketahui

3.   Struktur kalimat sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswa
a.    Kalimat yang digunakan lugas dan langsung
b.    Anak kalimat digunakan dalam tingkat yang dapat dipahami siswa. [pertimbangan pakar] (kalimat jangan terlalu panjang)
c.    Kalimat yang digunakan adalah kalimat lengkap sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir siswa

4.   Kalimat dalam bab menggunakan ejaan yang baku
a.    Kalimat yang digunakan memakai ejaan (tanda baca, penggunakaan huruf kapital, pemenggalan kata) yang sesuai dengan EYD (kecuali kelas 1 semester 1)
b.    Penulisan kata (nama orang, nama asing, tempat), notasi dan simbol sesuai EYD
c.    Lambang bilangan dan huruf ditulis mengikuti kaidah yang berlaku

5.   Kalimat yang digunakan komunikatif
a.    Penggunaan kalimat sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa
b.    Penggunaan kata sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa
c.    Simbol-simbol dan notasi matematika digunakan secara tepat

Penelitiaan ini menggunakan indikator dari Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas untuk menilai buku yang dianalisa.