Ada hal menarik yang saya
dapat setelah berdiskusi dengan beberapa dosen, tenaga akademik dan
mahasiswa di berbagai fakultas di Unnes. Walaupun hal ini sebenarnya
adalah “kasus” lama, ternyata sampai sekarang belum ada penyelesaian
yang bisa membuat berbagai kalangan merasa lega. Dari keseluruhan rekan
diskusi saya tersebut, bisa saya simpulkan bahwa mayoritas mengeluhkan
kebijakan akademik yang ada di Unnes ini. Saya tergerak untuk membuat
analisis singkat tentang fenomena gunung es yang ada. Semoga analisis
ini bisa mencerminkan suara bapak/ibu mapun rekan-rekan mahasiswa yang
memang belum berani untuk angkat bicara tentang masalah yang sedang
dihadapinya ini. Beberapa analisis saya tentang apa yang dirasakan oleh
rekan-rekan adalah sebagai berikut:
- Jadwal kuliah yang tidak berjeda. Saya mencoba mencermati jadwal kuliah yang ada, ternyata tidak ada jeda waktu khusus untuk istirahat bagi dosen maupun mahasiswa. Hal ini jelas memberatkan bagi dosen maupun mahasiswa yang memiliki jadwal seabreg pada hari tersebut. Tidak ada waktu istirahat untuk sekedar makan siang dan melaksanakan ibadah. Perkuliahan tetap saja berjalan tanpa memandang waktu, bahkan dibeberpa jurusan/program studi jadwal perkuliahan dilangsungkan sampai malam.
- Ketika mencermati proporsi dosen dan mahasiswa, ternyata masih jauh dari ideal. Padahal pada mata kuliah kependidikan dibahas bahwa ada perbandingan guru/pengajar dengan siswa/peserta didik agar proses pembelajaran menjadi optimal. Kita bisa melihat pada robel-rombel MKU, berapa perbandingan yang ada. Ada yang 1 : 40 bahkan ada yang lebih dari 1 : 50. Padahal menurut beberapa pakar pendidikan menyatakan bahwa perbandingan yang ideal agar proses pembelajaran bisa mencapai hasil yang optimal adalah sekitar 1 : 20 sampai 1 : 25.
- Saat berkeliling kampus, banyak “bertebaran” plang yang “menjanjikan” pembangunan berbagai gedung di penjuru kampus. Fenomena kuliah malam dan beberapa jurusan yang “menumpang” mungkin salah satu akibat dari pembangunan yang tidak pernah tuntas di kampus kita. Lihat saja, pondasi gedung jurusan IKM, plang yang “janji” itu sudah ada sejak saya masuk Unnes pada tahun 2007 lalu. Belum lagi melihat FH, prodi PTIK,prodi IPA dll yang memang masih belum memiliki gedung dan ruang kuliah yang memadai untuk melangsungkan proses pembelajaran. Fakultas Hukum yang kekurangan gedung, prodi PTIK dan prodi IPA yang bahkan belum memiliki gedung tersendiri untuk digunakan.
- Dari semua hal diatas, yang paling membuat saya jengkel adalah kuota penerimaan mahasiswa justru ditambah. Padahal belum ada progres penyiapan suprastruktur dan infrastruktur untuk menampung jumlah mahasiswa baru yang sedemikian banyak. Akhirnya terjadilah berbagai fenomena yang saya temui. Keluhan yang merata dari kalangan dosen, tenaga akademik dan mahasiswa karena masalah jadwal, beban mengajar, ruang kuliah dan lain sebagainya.