Senin, 29 Desember 2014

Nostalgia ODOJ

Assalamu'alaikum
Akhi fillah...sudah berapa lamakah kita bergabung di komunitas ini?

yaa...Ada yang sudah 1 tahun lebih, 8 bulan, 3 bulan dan bahkan ada yang baru beberapa hari.

Wahai ikhwah yang mencintai qur'an...
Entah disini ataupun ditempat lain...
Entah berjama'ah ataupun sendirian...
Masihkah terasa oleh antum bahagianya khatam qur'an?

Ketika sampai pada ayat "alladzi yuwaswishufi shudurinnas...minnal jinnati wannas..."

Lantas terlantun syahdu doa "Allohumarhani bil qur'an..."
"Yaa Allah...dengan qur'an,karuniakanlah kasih sayang-MU kepada kami..."

Ah...betapa syahdunya...betapa cintanya kita semua pada qur'an...��

Akhi fillah...
Mari bersama saling menguatkan...
Mari bersama saling mencintai...
Dan...
Mari bersama berlomba-lomba menunjukkan cinta kita pada Qur'an...

Maka bacalah...tilawah...
Maka tadaburilah...ilmuilah...
Maka laksanakanlah...amalkanlah...

Dan akhirnya...
Biarkan qur'an menyebut-nyebut nama kita kelak
Mencari hamba-hambaNYA yg mencintainya...yang membacanya...yang mempelajarinya...yang mengamalkannya...

Yaa Rabb...yaa Rabb... saksikanlah bahwa kami mencintai qur'an...

-Akhi Mimin G136-

Jumat, 19 Desember 2014

Adek Bayi yang Hanya 15 Hari Mengenal Dunia

Seandainya ibu bapaknya lebih beraabar...
Seandainya kau lebih banyak minum ASI...
Seharusnya aku lebih awal mendonorkan darah...
Seandainya...
Seandainya...
Seandainya...

Astaghfirullohu...
Astaghfirullohu...
Astaghfirullohu...

Tak pantas, tak boleh seharusnya berandai-andai dalam menerima takdirNYA
Karena "seandaianya" adalah menyelisihi takdir...menolak apa-apa yang telah menjadi ketetapanNYA

Seharusnya, katakanlah...

Qullu nafsin dzaikotul maut...
Innalillahi wainnaillaihi roji'un...

Bahagianya engkau nak, dalam perjumpaanmu dengan dunia hanya sekejap saja
Tak perlu kau rasai keangkuhan, ketidak-adilan
Dan kembali kau rasai sepenuhnya cinta Ar Rahman
Dan kelak kau kan jadi pelita bagi kedua orang tuamu

-untuk adek bayi yang hanya mengenal dunia selama 15 hari-

Catatan Dalam Muhasabah

Niatanku hanya hendak lebih mengakrabkan diri dengan qur'an. Karena "aktif" di bumi dan di langit secara bersamaan sangat susah. Seringkali aktivitas keseharian kita membuat kita lalai, dan tak jarang mendangkalkan pemaknaan kita dalam ibadah. Ibadah hanya jadi rutinitas belaka. Tak ada rasa taqorub sama Allah. Maka dari itu, aku niatkan sepekan tanpa gadget tuk lebih bertaqorub pada Allah.

Namun, ternyata Allah punya cara tersendiri tuk men-tazkiyah diri ini. Bukan melalui tadabur ayat-ayat dalam qur'an melainkan mengajakku mentadaburi ayat-ayatNYA di semesta ini. Dipertemukanlah aku dengan berbagai peristiwa dan manusia. Semuanya membuatku merenung...betapa berjuta nikmatNYA telah IA karuniakan pada diri ini.

Tema yang Allah ajarkan dalam muhasabah kali ini adalah tentang KEMATIAN. IA perlihatkan padaku berbagai kisah penuh hikmah. Menunjukkan bahwa kematian begitu dekat dengan kita, kapanpun...dimanapun...

Bayi yang baru lahir...yang sejenak melukiskan gurat-gurat kebahagiaan di wajah orang tuanya kini diambil kembali oleh Allah, Sang Pemilik Jiwa.

Di lain tempat, Allah sampaikan kisah melalui seorang saudara tentang perampokan, begal dan pembunuhan yang sangat tragis. Seolah-oleh nyawa seperti barang murahan yang bebas dicabut dari raga seseorang.

Dan 2 hari di banjarnegara, Allah tunjukkan betapa luar biasa kuasaNYA. IA selamatkan siapa yang dikehendaki dan IA matikan siapa yang IA kehendaki. Saat longsor sudah "dikira" selesai, Allah gugurkan lagi tanahNYA tuk mematikan sebagian makhlukNYA dan diselamatkan juga sebagian yang lain. Diantara yang meninggalpun IA masih tunjukkan kuasaNYA. IA tunjukkan siapa hamba-hambaNYA yang beriman. IA rawat jenazahnya dengan perawatan yang baik. Dan ketika relawan menemukannya, semuanya takjub dibuatnya. Betapa jenazah itu masih utuh dan tersenyum walaupun sudah beberapa hari tertimbun longsoran.

Allohu Akbar...Allohu Akbar...Allohu Akbar...

Sungguh cukuplah kematian menjadi pelajaran dan pengingat bagi kita hamba-hambaNYA yang masih diberi hidup dan kehidupan di dunia...

Rabu, 03 Desember 2014

Catatan Hati Seorang Admin

10 februari 2014
yang kholas 25 dari 30 anggota

12 maret 2014
yang kholas 20 dari 30 anggota

5 mei 2014
yang kholas 20 dari 26 anggota

4 juli 2014
yang kholas 17 dari 25 anggota. Yang mengambil lelang ada 2 anggota

5 november 2014
yang kholas 13 dari 22 anggota. ditunjuk jadi admin karena admin yang lama Tabletnya sedang rusak.

22 november 2014
yang kholas 11 dari 26 anggota.

1 desember 2014
yang kholas 16 dari 23 anggota.

Hmmm...kalo sebelumnya cuma nongol di grup hanya tuk sekedar laporan, sekarang ada bedanya. Jadi admin grup secara tupoksi memang harus merekap, membuat jadwal tilawah baru, laporan ke fasil, nge-share agenda ODOJ wilayah dll. Tapi seiring berjalannya waktu aku belajar...
Bahwa setiap komunitas harus ada kesamaan ide dasar yang mengikatnya dan juga harus ada dinamika di dalamnya. Aku melihat ide dasar itu sudah ada. Ya, komitmen tuk mencintai Al Qur'an dan membacanya 1 juz sehari adalah nilai dasar yang mengikat kita semua di komunitas ini. Namun yang kedua? Dinamika di dalam grup. Siapa yang menciptakan jika kau hanya nongol tuk laporan saja??

Komunitas akan hidup ketika ada tegur sapa antar anggotanya. Ada sekelumit perhatian bagi sesama anggotanya. Dan disitulah tugasku. Bukan...bukan karena aku admin lantas aku jadi -sok- ramah. Aku hanya ingin ukhuwah kita terjalin tidak hanya karena kita satu grup, satu komunitas. Namun lebih dari itu. Aku ingin bersaudara dengan kalian semua. Bersaudara dalam iman, dalam kebaikan. Maka ku luangkan waktuku tuk sekedar memberi jempol pada yang sudah kholas. Ku luangkan waktu tuk menyapa dan mengirim emot lucu. Semua karena aku ingin lebih mengenal kalian, ingin bersahabat dengan kalian dan... aku ingin bersaudara dengan kalian dalam naungan iman...

Rabu, 19 November 2014

AYAH

Negeri Tanpa Ayah

Ust Bendri Jaisyurrahman (@ajobendri)

1. Jika memiliki anak sudah mengaku-ngaku menjadi AYAH, maka sama anehnya dengan orang yang punya bola ngaku-ngaku jadi pemain bola. AYAH itu gelar untuk lelaki yang mau dan pandai mengasuh anak, bukan sekedar ‘membuat’ anak. Jika AYAH mau terlibat mengasuh anak bersama ibu, maka separuh permasalahan negeri ini teratasi.

2. AYAH yang tugasnya cuma ngasih uang, menyamakan dirinya dengan mesin ATM. Didatangi saat anak butuh saja. Akibat hilangnya fungsi tarbiyah dari AYAH, maka banyak AYAH yang tidak tahu kapan anak lelakinya pertama kali mimpi basah. Sementara anak dituntut sholat shubuh padahal ia dalam keadaan junub. Sholatnya tidak sah. Dimana tanggung jawab AYAH ?

3. Jika ada anak durhaka, tentu ada juga AYAH durhaka. Ini istilah dari ‘Umar bin Khattab (radhiyallahu ‘anhu). AYAH durhaka bukan yang bisa dikutuk jadi batu oleh anaknya. Tetapi AYAH yang menuntut anaknya shalih dan shalihah, namun tak memberikan hak anak di masa kecilnya. AYAH ingin didoakan masuk surga oleh anaknya, tapi tak pernah berdoa untuk anaknya. AYAH ingin dimuliakan oleh anaknya tapi tak mau memuliakan anaknya.

4. Negeri ini hampir kehilangan AYAH. Semua pengajar anak di usia dini diisi oleh kaum ibu. Pantaslah negeri kita dicap fatherless country. Padahal keberanian, kemandirian dan ketegasan harus diajarkan di usia dini. Dimana AYAH sang pengajar utama?

4. Dunia AYAH saat ini hanyalah Kotak. Yakni koran, televisi dan komputer. AYAH malu untuk mengasuh anak apalagi jika masih bayi. Banyak anak yang sudah merasa yatim sebelum waktunya, sebab AYAH dirasakan tak hadir dalam kehidupannya.

5. Semangat Quran mengenai pengasuhan justru mengedepankan AYAH sebagai tokoh. Kita mengenal Lukman, Ibrahim, Ya’qub, Imran. Mereka adalah contoh AYAH yang peduli. Ibnul Qayyim dalam kitab Tuhfatul Maudud berkata,

"Jika terjadi kerusakan pada anak penyebab utamanya adalah AYAH."

6. Ingatlah! Seorang anak bernasab kepada AYAHnya bukan ibu. Nasab yang merujuk pada anak menunjukkan kepada siapa Allah meminta pertanggungjawaban kelak.

7. Rasulullah yang mulia sejak kecil ditinggal mati oleh AYAH-nya. Tetapi nilai-nilai ke-AYAH-an tak pernah hilang didapat dari sosok kakek dan pamannya. Nabi Ibrahim adalah AYAH yang super sibuk, jarang pulang. Tapi dia tetap bisa mengasuh anak meski dari jauh. Terbukti 2 anaknya menjadi nabi. Generasi sahabat menjadi generasi gemilang karena AYAH amat terlibat dalam mengasuh anak bersama ibu. Mereka digelari umat terbaik.

8. Di dalam Quran ternyata terdapat 17 dialog pengasuhan, dimana 14 diantaranya yaitu dialog antara AYAH dan anak. Ternyata AYAH lebih banyak disebut.

9. Mari ajak AYAH untuk terlibat dalam pengasuhan baik di rumah, sekolah dan masjid. Harus ada sosok AYAH yang mau menjadi guru TK dan TPA, agar anak kita belajar kisah ‘Umar yang tegas secara benar dan tepat. Bukan ibu yang berkisah, tapi AYAH-lah.

10. AYAH pengasuh harus hadir di masjid, agar anak merasa tentram berlama-lama di dalamnya. Bukan was-was atau merasa terancam dengan hardikan. Jadikan anak terhormat di masjid, agar ia menjadi generasi masjid, dan AYAH-lah yang membantunya merasa nyaman di masjid.

11. Ibu memang madrasah pertama seorang anak, tetapi AYAH yang menjadi kepala sekolahnya. AYAH kepala sekolah bertugas menentukan visi pengasuhan bagi anak sekaligus mengevaluasinya. Selain juga membuat nyaman suasana sekolah yakni ibunya. Jika AYAH hanya mengurusi TV rusak, keran hilang, genteng bocor di dalam rumah, ini bukan AYAH ‘kepala sekolah’ tapi AYAH ‘penjaga sekolah’

12. Ibarat burung yang punya dua sayap. Anak membutuhkan keduanya untuk terbang tinggi ke angkasa. Kedua sayap itu adalah AYAH dan IBU-nya. Ibu mengasah kepekaan rasa, AYAH memberi makna terhadap logika. Kedua-duanya dibutuhkan oleh anak. Jika ibu tak ada, anak menjadi kering cinta. Jika AYAH tak ada, anak tak punya kecerdasan logika.

13. AYAH mengajarkan anak menjadi pemimpin yang tegas. Ibu membimbingnya menjadi pemimpin yang peduli. Tegas dan peduli itu sikap utama. Hak anak adalah mendapatkan pengasuh yang lengkap.

Dari sebuah grup WA Alumni SMP Sawel kelas 3A

Selasa, 18 November 2014

Di surau itu

“‘amma yaa tatsa’alun…’aninnaba’il adzim…”
“innaladzinakafaru sawaaun’alaihim…”
“iqrobismirrobikalladzikholaq…”
Sayup-sayup merdu ayatnya menabuh gendang telingaku. Membuatku terjaga. Subhanalloh…suara itu terdengar saling bersaut di sudut-sudut surau. Aku yang menyengaja tidur di surau itu terbangun dengan malu. Syukur saat itu taka da satu pun pelita yang dinyalakan.
Bergegas aku bangkit. Mengais kesadaran yang sebagiannya masih tertelan mimpi. “Allohu Akbar” batinku. Berusaha sekuat tenaga melepas diri dari ikat-ikat syaitan.
“allahmdulillahi ahyana ba’dama ‘amaatanaa waillaihinnushur…” terbisik lirih penuh syukur.
Ku ambl air wudhu yang sesejuk embun itu. Lantas bergegas menyusul saudara-saudaraku yang tengah khusyuk dalam sujud dan ruku’nya.
Empat dan tiga rakaat telah terakhiri dengan salam. Saatnya berbincang mesra dalam lantunan doa.
“Yaa Rabbi…”
***
Bayang itu tetiba saja lekat dalam ingatan. Menyesaki ingatan dan menlukis rindu dalam hati. Di sudut surau itu masih terngiang suara-suara lantunan ayat dan dzikir padaNYA. Dalam ruku dan sujud qiyamul lailmu, dalam shof-shof subuh yang senantiasa rapat dan dalam senyum sambil melantunkan dzikir pagi berbarengan. Kau, begitu merdu membangunkanku dengan ayat-ayatNYA. Membelai mesra iman hingga ia hidup dan menggelora. Dalam rumah dan surau penuh cinta, pesantren Basmala.

BBM Naik

Secara pribadi aku mencoba bersabar, lebih memilih  mengencangkan ikat pinggang daripada turun ke jalan. Namun kemana nurani hendak disembunyikan? Melihat neraca saudara di sekeliling tampak semakin timpang. Penghasilan yang hanya 500.000 per bulan semakin jauh dari sekedar menghilangkan lapar. Belum lagi listrik, harga-harga bahkan toilet umum pun bakal senada. Membumbung merdu seirama dalam "naiknya harga BBM"

"Wahai presiden kami yang baru
Kamu harus dengar suara ini
Suara yang keluar dari dalam goa
Goa yang penuh lumut kebosanan

Walau hidup adalah permainan
Walau hidup adalah hiburan
Tetapi kami tak mau dipermainkan
Dan kami juga bukan hiburan

Turunkan harga secepatnya
Berikan kami pekerjaan
Pasti kuangkat engkau
Menjadi manusia setengah dewa"

Iwan Fals, Manusia Setengah Dewa

Sabtu, 01 November 2014

Sepinya Surau Kini

Dulu...ia begitu ramai
Penuh sesak dengan orang-orang yang merindu
Terbaris rapi orang-orang penuh cinta
Terlandun syahdu ayat-ayatNYA

Dulu...semua berebut menyeru
Memanggil orang yang penuh rindu
Terbaris satu-satu
Dengan tertunduk, khusyuk

Namun kini...
Shof itu perlahan maju
Meninggalkan ruang kosong satu-satu
Berganti senyap tak tentu

Entah kemana para pemuda
Yang dulu gemar menyeru
Mengajak kembali pada Yang Satu
Adakah mereka telah terganti?
Dengan generasi yang tak peduli
Yang hanya mementingkan ego diri
Daripada seruan Illahi?

*ditulis karena miris, melihat surau di gang mangga. dekat kos binaan yang pernah kutempati semasa kuliah

Selasa, 30 September 2014

Serial Remaja : tentang Kepo

Hari pertama
A : "pak, lagi apa?"
B : "assalamu'alaikum, pak gimana kabarnya?"
C : "hallo pak...lagi apa?"
Hari kedua
D : "pak, lagi apa? Aku disekolah sendiri nih"
B : "pak taufiq lagi apa?"
C : "pak, tadi saya lihat bapak dijalan. Lagi mau kemana hayoo"
Hari ketiga
A : "pak, lagi apa?kangen ndak sama anak-anak kelas ..."
E : "hayoo tadi pak taufiq ngapain di pasar?"
F : "pak, hari ini ke SMP ndak?"
Hari keempat
B : "pak taufiq, bapak punya adik ndak?"
G : "pak...pak...mbak sekar itu adiknya pak taufiq eaa..."
K : "pak taufiq...jangan pergi...kita kan kangen sama bapak"
Dan blaa...blaa...blaa... begitu banyak muridku yang perhatian sama gurunya. Kalo pake bahasa anak jaman sekarang, murid-muridku pada suka kepo sama gurunya. Senang? Nanti dulu...soal senang-tidaknya ga perlu dibahas disini. Yang perlu kita pahami adalah fenomena ke-kepo-an anak jaman sekarang dan pentingnya memahamkan akan privasi seseorang kepada mereka. Yach maklumlah...namanya juga remaja, anak-anak yang beranjak dewasa. Kita sebagai orang telah lebih dahulu dewasa perlu mengajarkan banyak adab dan akhlak pada mereka agar mereka tumbuh dengan adab dan akhlak yang baik.
Kepo, singkat kata menurutku kepo itu rasa ingin tahu yang berlebihan dari seseorang akan berbagai hal yang ia belum ketahui. Buat remaja hal itu wajar. Sebagai hasil dari perkembangan pemikiran yang pesat dan ditunjang oleh energi yang sangat besar, so it is not a problem. Awalnya demikian...
Namun, ada hal yang perlu dipahami bahwa setiap orang pasti punya privasi. Punya ruang dan waktu dimana wilayah itu bersifat pribadi dan tidak untuk diperbincangkan apalagi diumbar di wilayah publik. Dari sini kita perlu memahamkan anak tentang batasan-batasan kepo itu. Seperti hal yang saya alami belakangan ini. Begitu banyak anak-anak yang kepo sama gurunya. Pada anak-anak yang ngepoin aku, aku jelasin ke mereka gini,
"Setiap orang punya wilayah yg sifatnya privasi alias khusus buat dirinya.nah,kalo di-kepo-in terus2an bisa aj org tsb mrasa trganggu dn kadangkala marah.so,hormati wilayah privasi itu"
Bukan bermaksud marah atas sikap kepo anak-anak, hanya saja pembelajaran adab dan akhlak ini perlu diajarkan pada anak-anak lewat pergaulan, karena adab dan akhlak ini kurang mendapatkan porsi dalam pendidikan formal di sekolah negeri.

Senin, 22 September 2014

7E

“Anak-anak…” seruku meminta perhatian ketika kelas masih rame tak terkontrol. Aku jeda sembari melihat sekeliling kelas. Terbaca jelas semburat emosi di beberapa wajah. Hari ini adalah hari perpisahan. “mungkin ini cerita terakhir bapak…” lanjutku sembari memberatkan intonasi pertanda serius. Maka kelas pun hening. Tampak beberapa wajah mulai memerah, menahan bulir bening agar tak tumpah.
“Pak Taufiq jangan pergi…”
“ndak mau ganti walikelas…”
suara lirih itu muncul entah dari penjuru mana, saling besahutan. Akhirnya kelas kembali riuh. Namun aku tetap diam, tak ku gubris. Aku biarkan semua emosi itu mengalir, meluap dan tumpah menjadi bulir.
Beberapa sudah tak mampu menahan, matanya berkaca dipenuhi bulir bening yang hendak tumpah. Dan aku melanjutkan cerita. “pernah ada kisah seorang budak. Dia bekerja sangat keras, akhirnya ia berhasil menebus dirinya dan menjadi orang yang merdeka”. Kuperhatikan wajah para siswa satu per satu. Beberapa tertunduk, terisak dan meluncur beberapa bulir bening dari matanya.
“ketika orang-orang mengucapkan selamat, si mantan budak menjawab ‘aku tidak tahu, apakah ini berkah atau musibah’” ku jeda ceritaku.
Ku tatap lekat wajah-wajah polos mereka, menyimpannya dalam ingatan yang paling dalam. Kurasa memerah juga wajahku. Terasa bulir bening itu mulai mendesak, memenuhi kelopak mata namun ku paksa dengan semua daya. Aku tak ingin menunjukkan wajah sedih di hadapan mereka.
“anak-anak…” kataku dengan nada pelan, “adalah sunatulloh kehidupan bahwa semuanya dicipta berpasangan” ku hirup nafas dalam dan kulanjutkan “ada siang ada malam, ada sehat ada sakit, ada hidup ada mati, dan…” sengaja ku tahan sejenak, ngambang. “…dan pertemuan-perpisahan” kali ini terasa berat sekali menahan bulir bening ini agar tak keluar. Jelas terasa rona wajah ini memerah, menahan tangis.
Isak tangis memenuhi kelas. Bulir-bulir itu mengalir deras membasi wajah-wajah mereka.
“dan aku berpesan…” kataku sambil menyeka mata yang berkaca.
“jadilah siswa yang baik, belajarlah yang rajin, kemarin yang sudah pada rutin dhuha dilanjutkan lagi…” ku buang pandangku jauh ke atas agar bulirku tak tumpah ke wajah. Ku seka hidung yang mulai terisak. Tak mampu ku pandangi mereka. Hanya ku dengar isaknya menggemuruh memenuhi angkasa kelas.
Kupalingkan wajahku ke anak-anak kelas 8 yang sudah siap untuk memberi penugasan Persami. Ku beri kode agar mereka mengambil alih kelas. Saat semua anak kelas 7E beralih fokus, dalam diam aku pandangi beberapa wajah yang masih tak mampu tegak. Mereka larut dalam isak yang pecah. Mengalirkan bulir-bulir indah ke wajah dan ke tangan mereka. Aku hanya terdiam, mematung di tempatku dan…
Ku palingkan wajah serta badan dan berlari keluar. Menumpahkan semua bulir yang membuncah di dalam mata. Terisak dan pecah dalam tangis yang tak bersuara. Akhirnya ku tinggalkan mereka bersama sebuah doa.
“Yaa Rabbana….” Kataku terbata “rahmatilah mereka, berilah petunjuk mereka dan jadikan mereka generasi yang akan menjadi sebab turunnya rahmatMU bagi semesta Indonesia…Aamiin..."
Special for my beloved students in #7E

Minggu, 21 September 2014

Ini Kisahku tentang Kelas 7


Kelas 7, what do u think about that? Kelas dengan anak-anak yang rame, cempreng, alay ‘n para selfi-ers? Mulai dari yang pendiam sampai yang paling jago teriak, mulai dari yang feminim sampai yang tomboy, mulai dari yang tulen sampai –katanya– macho semua ada disini. 2 bulan hidup bareng mereka itu rasanya, hmmmm… nona-nona, eh nano-nano :D
Yach, mengampu mata pelajaran matematika yang terkenal menyeramkan memang harus punya cara PDKT tersendiri. Maka cerita dongeng, membaca karakter kepribadian sampai cerita seram tentang pocong-pun harus dipake untuk menarik perhatian mereka agar mau memperhatikan pelajaran ini. Al hasil jadilah membaca karakter kepribadian dengan cara membaca golongan darah menjadi cerita pertama buat “dipamerin” ke anak-anak :D

#1
“siapa yang golongan darahnya #B?” dengan cara menjawab khas anak-anak desa yang keras bin cempreng –maklum karena faktor biologis…usia segitu emang suaranya lagi cempreng2nya hehehe…– “aku pak…aku pak…” teriaknya sambil angkat tangan tinggi-tinggi.
“Si #B itu begini, begini…” sontak saja karakter yang lucu langsung mendapat respon dengan suara tawa yang khas –cempreng– dan sangat keras, kalo sekelas ketawa semua mungkin telinga gue bisa jebol kali yak…

#2
“anak-anak…kalian tahu, jika asal seseorang bisa diketahui dari caranya tertawa?” seruku saat tawa anak-anak mulai lepas kendali. “masak pak?” jawab mereka kompak. “begini…” jawabku sambil menata intonasi dan memasang mimik serius. “cara ketawa seseorang itu bisa dipakai buat mendeteksi asal seseorang. Jika ketawanya begini…” ku pasang wajah senyum dan tawa yang hanya terkekeh, “itu tandanya dia orang kota” ku lihat mereka masih pada diam, suara tawa perlahan menghilang. Mereka mulai mempraktekkan apa yang aku sampaikan. “nah, kalo ketawanya begini…” ku lanjutkan ceritaku sambil memberi contoh ketawa jenis kedua dengan isyarat tangan terbuka kaya’ mulut buaya yang lagi ngantuk, “itu tandanya anak desa”, “hahahahaaa…..” langsung dech kelas pecah gara-gara ketawa mereka yang meledak tiba-tiba sambil saling tunjuk satu sama lain “kamu…” “si A pak…” “si B pak…” teriak mereka membela diri. Tak sadar mereka ketawa dengan sangat keras dan terbahak tanpa henti. “nah kalo yang kaya gini dang a bisa nutup…” tanganku mempraktekkan lagi gaya buaya yang nguap karena ngantuk, “itu tandanya dia anak hutan…” “hahahaa….” Makin bahak dan tak berujung mereka ketawa. Bahkan ada beberapa yang tetap tertawa sampai pelajaran usai, yach kira-kira 20 menitlah dia ketawa tanpa bisa berhenti. “nah ini contoh anak hutan tulen” tutupku sebelum mengajak mereka berkemas karena waktu pulang telah tiba :D

#3
“pak, obat galau apa ya..” tetiba saja celoteh lirih itu menyasar padaku saat sesi cerita baru mau dimulai. Batinku “waduh, cilik-cilik wes galau,ckckck…” sekalian aku blow-up aja di kelas biar rame dan bisa jadi bahan buat ngasih pelajaran akhlak pada mereka. “hmm…galau…ada yang tau galau itu apa, siapa yang lagi galau?” tanyaku sambil menyapukan pandanganku ke penjuru kelas. Tampak air muka anak-anak mulai memerah, mungkin menahan malu. “anak-anak, ngapain to kalian suka banget galau?” sengaja ku berondong pertanyaan-pertanyaan retoris ke mereka agar mereka tak bisa menjawab, agar mereka merenung. “kalau kalian galau gara-gara cowok/cewek hmmm…malu-malauin” kataku sembari memberi penekanan khusus pada kata terakhir. Kulihat air muka mereka terlihat penasaran. Mungkin kalo diterjemahkan dalam bahasa verbal jadinya kurang lebih gini “kok bisa pak?” sengaja ku jeda penjelasan agar ada ruang buat mereka berfikir. “lha iyaa…yang cewek, kagak malu tuh kamu ditraktir sama cowokmu, padahal cowokmu masiih minta uang jajan ke orang tuanya…” sontak saja mereka ketawa lepas sambil menunjuk teman-teman mereka yang punya pacar. Ku biarkan sejenak biar yang anak-anak  putri yang sudah punya pacar menahan malu. Terlihat satu-dua orang yang makin merah air mukanya. “nah…yang anak-anak cowo, kagak malu apa kalian ntraktir cewek kalian pake uang orang tua kalian?” “hahaha…” tawa cempreng tetiba saja membaha, menggema seantero kelas. Seolah pembalasan karena telah diejek tadi. “dia pak…” “si A pak…” “tuuh dengerin…” teriak mereka sambil menunjukkan jari-jarinya kea rah temannya yang laki-laki. So, aku berpesan pada siswa-siswaku “yang masih punya pacar, udah…putusin aja.” Tampak rona merah karena malu telah punya pacar.

#4
Oh yaa…ada yang telewat dari cerita perkenalanku. Kejadian yang sudah lazim sekali adalah ketika diberi pertanyaan oleh guru dan siswa tidak bisa menjawab pasti ekspresinya kalo ndak menunduk yaa tersenyum gitu. Nah agar itu tidak terjadi selama pembelajaran matematika aku kasih nasehat dulu ke anak-anak. Begini…
“anak-anak, bahasa iitu ada dua. Verbal dan non-verbal” jelasku membuka nasehat. “apa itu pak?” terdengar suara tanpa rupa bertanya dari barisan belakang. “verbal itu bahasa yang bisa ditanggap, kaya gini, saya bicara dengan kalian ini adalah contoh bahasa verbal” ku kasih jeda biar mereka mikir dulu, mencerna kata-kataku yang mungkin terlalu baku dan mengandung kosakata yang baru mereka dengar. “selanjutnya non-verbal. Itu bahasa tubuh, mimik wajah. Senyum, cemberut DeeLeL itu contoh bahasa non-verbal” ku jeda lagi, tampak bebera wajah mengerut, mencoba mencerna apa yang aku sampaikan. “nah, jadi kalo saya pertanyaan saya menggunakan bahasa verbal, tolong dijawab dengan bahasa verbal yaa…jangan pake bahasa non-verbal. Saya tidak paham arti bahas non-verbal kalian” kataku sambil memasang senyum lebar dan menyapukan ke penjuru kelas. “artinya apa kalian bisa mengerjakan, apa kalian malu apa kalian…” “gila pak!” teriak anak laki-laki dari pojok belakang. Sontak saja itu membuat seantero kelas terbahak. Meledakkan tawa cempreng khas mereka di dalam kelas. Kubiarkan beberapa waktu agar reda dan aku ajak kembali fokus ke materi pelajaran

#5
Diantara sekian banyak anak yang aku ajar, ada segelintir yang suka dengan isu-isu aktual. Tentang pilpres, jokowi palestina dan bahkan ISIS. Pada saat karnaval, dia sempat request agar tema cerita besok adalah ISIS. “yaa…”jawabku saja sambil lalu karena masih ngurus minuman buat semua rombongan karnaval dari sekolahku. Ternyata ketika sesi cerita mau dimulai dia langsung teriak lantang “ISIS pak…ISIS…” dengan santai saja ku jawab “itu Cuma boneka”. Pengen ketawa ketika melihat raut wajah mereka yang ndomblong setelah mendengar jawabanku tadi. “kok bisa pak?” teriak mereka kompak. Yach ku jelaskan aja secara singkat agar mereka tahu mengapa. *sensored disini hehehe… *

#6
Salah satu tema yang aku angkat tanpa permintaan anak-anak adalah tentang Pelestina. Kisah tentang sekolah dan lingkungan anak-anak Palestina. Aku jelaskan ”betapa beruntungnya kalian disini, bisa sekolah, bermain dengan nyaman dan aman. Tapi kalian tahu cerita tentang anak-anak di Palestina sana?” tanyaku sembari memberi jeda. Kusapukan pandangan ke penjuru kelas, terlihat mereka terpancing untuk memperhatikan. “tempat main mereka adalah puing gedung dan senantiasa berbahaya, bukan karena puing yang bisa roboh setiap saat tapi…” terlihat mereka makin penasaran “tempat favorit mereka adalah masjid, buku favorit mereka adalah Al Qur’an dan cita-cita mereka adalah mati syahid…” kataku dengan air muka serius. “hahhh…”suara bernada tak percaya diikuti raut bengong langsung jelas nampak di wajah-wajah lugu mereka. “Ya! Mereka senantiasa menjaga sholat, bahkan di usia seperti kalian banyak dari anak-anak Palestina yang sudah hafal Al Qur’an” ku jeda agar fikiran mereka kembali dari alam imajinasi dan ketidakpercayaan. “tahukah kalian…mereka mewakili kita disana…menjaga masjid suci umat islam, Al Aqsha…” kataku terbata, mengeja intonasi agar makin terasa bermakna. “dan kemarin…ketika ada aksi menggalang dana di Semarang untuk membantu Palestina…terkumpul 105 juta” kataku masih dengan mengeja kata. “Alhamdulillah…” seru mereka. “bilang Alhamdulillah itu kalian membantu apa? Jangan-jangan malah membantu Israel yang menyerang Palestina” sindirku “haahhh!!!” raut bengong kembali mewarnai wajah mereka. Ku jeda sesaat dan ku tutup ceritaku dengan “ya, googling aja produk-produk Israel dan lihat dapur, kamar mandi dan rumah kalian”

#7
Sewaktu aku kuliah, sering kali aku dipeseni agar mengilmui semua yang aku amalkan dan mengamalkan semua yang aku ilmui” ini pun aku sampaikan ketika memberikan pesan moral ke anak-anak. Sholat dhuha. Ku sampaikan keutamaan-keutamaannya. Pernah suatu ketika ada anak yang bertanya “pak, kok bapak bisa pinter matematika sih? Apa rahasianya?” kujawab entang “perbanyak dan perlama sujud” lantas ku jelaskan hasil penelitian ilmuwan barat yang mengungkap rahasia sujud yang berhubungan dengan kecerdasan. Alhamdulillah mulai banyak anak-anak yang melakukan sholat dhuha.

Yach, masih terlalu banyak cerita tentang pengalaman mengajar, tak bisalah disampaikan dalam tulisan ini. Kalo dalam bahasaku begini “Waktu 2 bulan tak bisa disederhanakan dalam 3 halaman tulisan ini” yang jelas, terimakasih atas kesempatan langka ini.

Setelah ini, pelajaran matematika akan tetap menyenangkan bahkan lebih menyenangkan dengan guru yang baru. Beliaulah guru matematika yang sebenarnya. Yang lebih bisa mengajarkan penambahan dan pengurangan, perkalian dan pembagian serta pangkat dan akar, tidak seperti aku yang Cuma bisa mendongeng di kelas.

Belajarlah lebih keras, lebih cerdas karena masa depan kalian masih begitu panjang dan begitu berwarna. Aku hanya menjadi sekeping mozaik yang sangat kecil dalam puzzle kehidupan kalian…

#Quotes
“Sebaik-baik siswa putra adalah yang paling memuliakan temannya yang putri”
“Sebaik-baik siswi adalah yang paling tidak tergoda oleh rayuan temannya yang putra”
“Perbanyak dan pelama sujudmu agar engkau menjadi lebih cerdas”
“Pada dasarnya semua siswa itu cerdas, hanya saja mungkin guru belum bisa mengetahui dan mengembangkan kecerdasan siswa”

Rabu, 17 September 2014

Sepenggal Renungku, ODOJers

05:35 “Juz 8 kholas”
05:46 “Juz 12 kholas”
06:23 “Juz 30 kholas”
Begitulah saudara-saudaraku di komunitas One Day One Juz (ODOJ). Kesemangatan yang sungguh luar biasa untuk tilawah dan berbagi nasehat dan tadabur ayat kepada anggota yang lain disela-sela waktunya. Saat sore hari menjelang ditutupnya laporan tilawah beberapa ikhwah dengan semangat berujar “ada juz yang di lelang?” atau “jangan sampai juz antum ane ambil akhi” dan ada pula yang “ane ambil lelangan akhi fulan, juz sekian”
Waktu terus berjalan, sudah 9 bulan lebih kita bersama,  berbagi semangat dan nasehat tentang qur’an dan juga kehidupan. Sekali waktu diselingi candaan sebagai bumbu penyedap ukhuwah diantara kami. Walau selama kebersamaan ini tak pernah sekali pun kami bersua fisik, tapi kedekatan dan kehangatan selalu muncul dalam setiap perjumpaan di grup.
Ah…ada yang mengusik fikirku dalam beberapa waktu ini, bukan tentang luka dalam ukhuwah tapi tentang “rasa” dalam tilawah. Ya, rasa tentang kedekatan dengan Allah Sang Pemilik Qur’an. Di awal keikutsertaanku dalam komunitas ini, aku ingin mendapatkan “spirit booster” dalam tilawah. Agar tetap terjaga kedekatanku dengan Qur’an, dengan Allah. Dalam beberapa renungku, terusik fikirku oleh sebuah pertanyaan “adakah niatmu tilawah itu untuk Allah atau untuk saudaramu di grup ODOJ? Agar tak malu karena tidak kholas, agar bisa berbangga karena bisa mengambil jatah lelangan?”
Astaghfirulloh…seakan layu tubuh ini, tak mampu menjawab tanya itu. Tetiba saja teringat pada pesan Nabi yang mulia, “Amal besar bisa menjadi kecil karena niat, begitupun amal kecil bisa menjadi besar karena niat” Aku terdiam seribu bahasa. Mencoba mencerna kembali pertanyaan dan pesan Sang Baginda sambil mencari-cari letak niat itu dalam sanubari. “Ah…seakan tak bermakna tilawahku selama ini jika memang benar aku hanya mengejar target kholas dan mengambil lelangan” batinku.
“Semoga…semoga tidak hanya kholas dan lelangan yang kau kejar saudaraku” nasehat bijak yang entah dari mana datangnya. Tiba-tiba saja mengalir, membisik indah dan menggemuruh dalam dada, seakan-akan memaksaku untuk sejenak berhenti dan menemukan sebongkah niat dalam hati dan membersihkannya. Agar kembali bercahaya dan lurus niat dalam tilawah.

Senin, 15 September 2014

Siapa yang Kita Tuju?

Sungguh, jika bukan Allah yang kau tuju
Hanya kan kau temukan
Kekecewaan...karena penilaian orang
Kegelisahan...karena tak diperhatikan orang
Kemarahan...karena disepelekan orang
Ketakutan...karena kepergian orang
Astaghfirulloh...
Astaghfirulloh...
Astaghfirulloh...

Tapi, jika yang kau tuju hanya Allah semata
Kan kau temukan
Kedamaian...dalam setiap amal
Ketenangan...dalam setiap goncangan
Kelapangan jiwa...dalam setiap cobaan
Kesyukuran...dalam berbagai nikmat
Alhamdulillah...
Alhamdulillah...
Alhamdulillah...

Minggu, 14 September 2014

Langit Masih Setia, Sepanjang Masa

Disini langit masih setia
Menaungi kami yang beranjak dewasa
Menaungi langkah-langkah kecil kami
Yang berlarian
Menyusuri setapak jalan menuju lapang

Disini langit masih setia
Mencurahkan air menghidupi semesta
Menyuburkan sawah ladang, memutar perekonomian
Dan kami tetap berlari beranjak dewasa

Langit masih setia
Ketika kami belajar...yang katanya pengetahuan
Yang berkisah indah bak candu memabukkan
Yang mempesona bak gadis pingitan

Langit masih setia
Saat kami tersentak, ternyata semua telah berserak
Tak lagi kami temukan
Sawah ladang... berganti perumahan
Ngarai jernih... berganti sungai amis
Tanah lapang... berganti gedung menjulang

Oh Tuhan...
Selamatkan kami
Dari keganasan zaman...

Jumat, 12 September 2014

Galau *Spesial Edition For Teenagers*

Anak-anak, kalian sudah masuk pada tahap perkembangan yang disebut remaja. Tahap ini sering disebut tahap peralihan dari anak menjadi dewasa. Biasanya bla…bla…bla…

*formal banget yaa…ganti pake bahasa yang lebih gaul dikit aja dech*

#NgendorinSkrupOtak #NgencenginSkrupLeher *suara jadi cempreng*

OK guys, remaja,hmmm…apa itu? Kagak usah berat-berat mikirnya, ntar galau sendiri lho…Remaja itu kagak jauh-jauh ama yang mananya cinta (suit…suit…) coba-coba (bukan co**ca-co**la yaa…itu merk minuman,hehe…) dan hmm…apalagi yaa… (au ah, gelap…gue udah lewat masa itu,hehe…)

BeTeWe, tentang galau sebenernya kagak cuma khas remaja sih, gue…junior gue, senior gue bahkan sampe kakek-buyut-canggah semua bisa galau. Hmm…galau itu apa sih guys?

“galau itu perasaan yang ga enak banget” kata si A, kalo si B bilang “galau itu gaGAL move AUn” belum lagi menurut si C, D, E ampe Z juga punya pendapat yang beda2 guys. Capek ngetiknya kalo semua ditulis, hehehe…

Tapi gini ya guys, gue pernah nech diskusi sama seorang pujangga tak bernama (haha…). Nah, dia pinter bin ilmiah kalo ngomongin soal galau-nya anak muda nech, mau tahu, seriusan mau tahu?? (nech *lempar tahu sekeranjang* hehe…)
Gini yaa guys, bro, sist, mas, mbak dll… galau itu …. (udahlah…udah pada tahu kan…). Kita bahas jenis-jenis galau aja yach. Ini guys, cekidot!

Menurut sang pujangga (jeng…jengg…) galau itu dibagi menurut asal muasal dan objek yang di-galau-in. yang pertama, galau yang sifatnya ideologis. Ia berasal dari rasa gelisah karena miris, tidak bisa berbuat apa-apa melihat teman-temannya, masyarakatnya mengalami masalah yang kagak ada ujung pangkalnya. Hmm…contohnya kaya bapak proklamasi kita, yups…bapak Soekarno. Sebelum menjadikan nusantara ini merdeka dan bermana Indonesia, Soekarno muda sudah merasa galau duluan dan berkepanjangan. Ia sedih, miris melihat masyarakatnya miskin, tak berpendidikan, terjajah dan ter- ter- lain yang bikin #nyesek. Itu galau yang bagus guys, hasil dari galaunya beliau (red. Soekarno) adalah rasa nasionalisme dan keinginan yang kuat buat merdeka.

Nah, galau yang kedua. Hmmm…galau apa kira-kira? Galau realistis (apaan tuh?!) Galaunya kalian-kalian yang bingung soal pilihan hidup. Mau makan nasi rames apa pecel, mau ikut ekstra renang apa basket, mau ini atau itu dan bla…bla…blaa…sejuta keinginan tapi kagak bisa dilakuin semua alhasil, galau dech…hayoo ngaku… wajar-wajar aja kalo kalian galau soal itu ko, gak aneh. Karena emang hidup itu pilihan, jadi wajar kalo setiap saat muncul pilihan kya gitu. Hmm…khusus buat galau yang kaya gini, segera aja dech putusin mau pilih yang mana. Ambil keputusan dan…go, jangan galau melulu…kalo keseringen galau soal ginian kamu bakal gak dapet apa-apa. Ilmu kagak, prestasi apalagi…so come on…pilih aja…kalo pun salah tenang…dunia kagak bakal kiamat ko :D

Nah, selanjutnya bin terakhir nech…galau yang paling kagak ada gunanya. (Galau apaan om?) Galau yang pragmatis (duh, apa pula itu?? #BatakModeON) galau tentang pacar n cinta-cintaan (cinta monyetlah, cinta kucinglah, cinta inilah, itulah DeeLeL). Ko bisa?!! Sabar…sabar…gue jelasin dulu guys knapa galau jenis ini menurut sang pujangga itu percum(a) tak bergun(a). Die bilang gini “pacaran itu kagak ada gunanya. Isinya Cuma seneng-seneng doank, nah padahal hidup di dunia ini harus seimbang. Kagak Cuma seneng-seneng doank. Harus ada susahnya, harus ada nangisnya (hiks…) harus ada….gado-gadolah…so, pacaran itu adalah hal paling absurd di dunia. Lebih baik #PutusinAja. Hey yang anak cewek… kamu kagak malu apa, ditraktir cowokmu pake uang orang tuanya? Hey yang cowok, kagak malu apa, masih nodong orang tua aja udah sok ntraktir pacar? (duh, #JlebBanget)

Well guys, udah paham kan? sekarang waktunya kalian nentuin sikap. Mau galau yang mana? Yang ideologis, realistis apa masih setia ama galau yang pragmatis? Inget yaa…galau apapun itu, agar bisa keluar dari ke-GALAU-an itu, kalian kudu sibukin diri ama aktipitas-aktipitas yang positip. Kalo kalian sibuk, dijamin dech…kagak bakal galau…

#MbenerinSkrupOtak+Leher

Begitu yaa anak-anak...jangan sampai waktu muda kalian habis hanya untuk meng-galau.

Ditulis ulang dari hasil diskusi dengan teman seperjuangan

Jumat, 05 September 2014

Jika Suatu Saat Nanti Kau Jadi Seorang Ibu

~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu..

Jadilah seperti Nuwair binti Malik yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya .

Saat itu sang anak masih remaja . Usianya baru 13 tahun .
Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar.

Rasulullah tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih.

Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah dengan potensinya yang lain.

Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Qur’an.

Beberapa tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris wahyu.

Karena ibu, namanya akrab di telinga kita hingga kini: Zaid bin Tsabit.

������

������~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...

jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah.

Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai ilmu.

Kelak, ia tumbuh menjadi ulama hadits dan imam Madzhab.
Ia tidak lain adalah Imam Ahmad .


������~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...

Jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya .
Seperti Ummu Habibah .
Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya .

Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya :

“Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam ! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaanMu .
Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-Mu . Oleh karena itu aku bermohon kepada-Mu ya Allah, permudahlah urusannya .
Peliharalah keselamatannya,panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, aamiin !”.

Doa-doa itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu, tu
mbuh menjadi ulama besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya,
tapi kita pasti mengenal nama besarnya: Imam Syafi’i .

������������������

������~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu..

Jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita. Seperti ibunya Abdurrahman .

Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai cita-cita itu .

“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram…”, katanya memotivasi sang anak .

“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam masjidil haram…”, sang ibu tak bosan-bosannya mengingatkan .

Hingga akhirnya Abdurrahman benar-benar menjadi imam masjidil Haram dan ulama dunia yang disegani .

Kita pasti sering mendengar murattalnya diputar di Indonesia, karena setelah menjadi ulama, anak itu terkenal dengan nama Abdurrahman As-Sudais.

������

������~ Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...

Jadilah orang yang pertama kali yakin bahwa anakmu pasti sukses .
Dan kau menanamkan keyakinan yang sama pada anakmu .
Seperti ibunya Zewail yang sejak anaknya kecil telah menuliskan “Kamar DR. Zewail” di pintu kamar anak itu .

Ia menanamkan kesadaran sekaligus kepercayaan diri .
Diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan buah hati, jadilah Ahmad Zewail seorang doktor .
Bukan hanya doktor, bahkan doktor terkemuka di dunia .

Dialah doktor Muslim penerima Nobel bidang Kimia tahun 1999.

Senin, 01 September 2014

Sejenak Bernostalgia

Ah...masa itu ternyata telah lama berlalu. 10 tahun lebih tepatnya. Dulu kita bersatu dalam keluarga bernama 3A. Dalam satu wali kelas yang bernama (ibu) Sifrus Sa'adah. Dalam satu pemimpin kelas bernama Geniung Pratidina. Dalam satu seragam putih-biru. Dalam keluarga besar SMP 1 Weleri. Ya...satu dalam ukhuwah itu...dulu...

Masih lekat dalam benak, ketika saling olok orang tua, ketika saling contek pekerjaan rumah, saling berbagi jawaban ketika ulangan. Ya...saling berbagi dalam berbagai hal...

Masih jelas dalam canda, ketika ada yang jatuh cinta, ketika ada yang hanya mememdam rasa, ketika dimarahi guru karena kenakalan. Ya... ketika bersama, semua pasti tertawa...

Walau masa telah berubah. Tak lagi berseragam putih-biru, pun sudah bukan putih-abu-abu. Kita tetap bersama. Merajut ukhuwah dalam dalam canda. Tertawa lepas walau orang sebelah bilang norak. Kita tetap, "haa...haa...haa..."

Sahabat, semoga tetap begini adanya. Menjadi apapun, hijrah kemanapun kita tetap saudara, dalam ukhuwah bernama "TIGA A"

Minggu, 31 Agustus 2014

What Will You Make?

1.jiwamu ada di masa depan sehingga engkau hidup dipenuhi kekhawatiran yang belum pasti #renungan
2.energimu habis untuk hal-hal samar yang belum terjadi #renungan
3.akibatnya, engkau jadi tak bergairah, lesu, auramu suram #renungan
4.lantas, apa yang harus kuperbuat? #renungan
5.kembalilah ke masa kini, masa dimana ragamu, hidupmu yang sekarang berada #renungan
6.sejenak, ingat kembali masa kejayaan yang pernah menghampiri hirupmu #renungan
7.bukan...bukan untuk meratapinya, tapi coba fikirkan #renungan
8.apa rahasia masa kejayaanmu dan masa kejayaan semua orang-orang besar dahulu #renungan
9.hmmm...masih ingatkan, apa prinsip hidup yang pernah kau pakai? #renungan
10."kerjake opo sing ono, ora sah kakean ngarep opo-opo sing ora ono" #renungan
11.sederhana. namun bisa kau lihat sendiri dalam landscape sejarah hidupmu #renungan
12.betapa hal yang sederhana itu justru bisa mengantarmu menuju gerbang prestasi #renungan
13.hmmm...so, make it simple. Hidup terlalu berharga jika hanya diisi dengan ratapan dan kekhawatiran #renungan
14.isilah hidup dengan prestasi dan karya, maka dengan sendirinya hidupmu jadi bermakna #renungan
15.are you ready? #renungan
16.OK!! and the next step is what creation will you make? #renungan
17. ... #renungan
18.Ok, selamat berkarya! #renungan
19.don't be mad and sad! #renungan

Selasa, 12 Agustus 2014

Kisah Inspiratif, Makna Laa illaha illa Allah

قصہ رائعہ جدآ
KISAH YANG SANGAT INSPIRATIF

كان هناك شيخ يعلم تلاميذه العقيدة
Ada seorang guru agama yg mengajarkan Aqidah kpda murid2nya

يعلمهم لا إله إلا اللـه يشرحها لهم
Dia mengajarkan "La ilaaha illallah" kepada mereka & menjelaskan maknanya

يربيهم عليها أسوة بما كان يفعل رسول الله صلى الله عليه وسلم
Mendidik mereka dengan keteladanan Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam-

عندما كان يعلم أصحابه العقيدة ويغرسها في نفوسهم
Ketika mengajarkan aqidah beliau berusaha menanamkanya kedalam jiwa murid-murid nya

وكان الشيخ يحب تربية الطيور والقطط
Sang guru itu senang memelihara burung n kucing

فأهداه أحد تلاميذه ببغاء
Lalu seorang muridnya pun menghadiahkan padanya seekor burung kakatua

ومع الأيام أحب الشيخ الببغاء
Makin hari sang guru pun senang dg burung itu

وكان يأخذه معه في دروسه
Dan sering membawanya pada saat mengajar murid-murid nya

حتى تعلم الببغاء نطق كلمة لا إله إلا الله‼
Sehingga kakatua itu belajar mengucapkan kalimat tauhid "La ilaha illallah"

فكان ينطقها ليلا ونهارا…
Burung kakatua itupun bisa mengucakan (laa ilaaha illallah) siang malam

وفي مرة وجد التلاميذ شيخهم يبكي?
Suatu ketika murid-murid mendapati sang guru tengah menangis
وينتحب وعندما سألوه
Ketika ditanya beliau menjelaskan dengan terbata- bata

قال لهم هجم القط على الببغاء وقتله
Kucing telah menerkam kakatua dan membunuhnya

فقالوا له لهذا تبكي ‼
Merekapun bertanya dgn heran: karena inikah engkau menangis !!

إن شئت أحضرنا لك غيره وأفضل منہ ..
Kalau anda menginginkan kami bisa datangkan burung lain bahkan yg jauh lebih baik

رد الشيخ وقال لا أبكي لهذا …
Sang guru berkata: bukan karena itu aku menangis

ولكن أبكاني أنه عندما هاجم القط الببغاء
Tetapi...Yg membuat aku menangis adalah: ketika diserang kucing

أخذ يصرخ ويصرخ إلي أن مات
Burung itu hanya teriak2 saja sampai matinya

مع أنه كان يكثر من قول لا إله إلا الله
Padahal dia sering sekali mengucapkan kalimat "laa ilaaha illallah"

إلا أنه عندما هاجمه القط نسيها
Tetapi ketika diterkam kucing ia lupa kalimat itu

ولم يقم إلا بالصراخ ‼
Tidak mengucapkan apapun kecuali hanya teriakan & rintihan !!!

لأنه كان يقولها بلسانه
Karena waktu itu ia hanya mengucapkan "laa ilaaha illallah" dg lisannya saja

فقط ولم يعلمها قلبه ولم يشعر بها ‼
Sementara hatinya tidak memahami dan tidak menghayatinya

ثم قال الشيخ :
Sang guru pun berkata

أخاف أن نكون مثل هذا الببغاء
Aku khawatir kalau nanti kita seperti kakatua itu

نعيش حياتنا نردد لا إله إلا الله
Saat kita hidup mengulang-ulang kalimat "laa ilaaha illallah"

بألسنتنا وعندما يحضرنا الموت ننساها
Dg lisan kita, tapi ketika maut datang kita pun lupa

ولا نتذكرها؛ لأن قلوبنا لم تعرفها
Tidak bisa mengingatnya, karna hati kita belum menghayatinya

فأخذ الطلبة يبكون؛ خوفا من عدم الصدق في لا إله إلا اللـه
Kemudian para muridnya pun menangis, khawatir tdk jujur terhadap kalimat tauhid ini

ونحن.... هل تعلمنا لا إله إلا الله بقلوبنا !!!!
Dan kita sendiri .... apakah kita tlah menanamkan kalimat "laa ilaaha illallah" ini kedalam hati sanubari kita?

ما ارتفع شيء إلى السماء أعظم من الإخلاص ،
Tidak ada sesuatupun yg naik kelangit yang lebih agung dibanding keikhlasan

و لا نزل شيء إلى الأرض أعظم من التوفيق
Dan tdk ada sesuatupun yg turun ke bumi yang lebih agung dari taufiq Allah

..و بقدرالإخلاص يكون التوفيق
Sesuai kadar keikhlasan kita taufiq Allah kita dapatkan

Selasa, 29 Juli 2014

Operasi Intelegen di Hari Idul Fitri

Panasnya pertarungan dalam perhelatan pilpres kemarin yang juga melibatkan operasi-operasi senyap gaya intelegen berbagai level ternyata sampai terbawa dalam perayaan idul fitri ini. Berdasarkan pantauan di berbagai tempat, laporan yang masuk menunjukkan suatu pola yang serupa. Ada indikasi operasi ini merupakan suatu operasi yang tersetting dan sistemik.

Sebagai upaya pencegahan dari hal-hal yang tidak diinginkan, saya hendak berbagi modus yang sering terjadi. Semoga kita bisa bersama-sama melakukan upaya pencegahan agar tidak terjadi chaos. Berikut modus yang sering terjadi.

1. Mereka bergerak dalam kelompok kecil. Beranggotakan 5-8 orang.
2. Sebelum melakukan operasi pamungkas, mereka telah memiliki data yang sangat valid tentang objek sasarannya.
3. Mereka saling tukar data antar kelompok untuk menunjang keberhasilan operasi pada hari H
4. Operasi berlangsung sangat cepat, setiap kelompok hanya membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam untuk melakukan penyerangan sampai ke 15-20 sasaran.
5. Walaupun singkat tapi daya rusaknya begitu luar biasa
6. Setiap objek yang menjadi target operasi bisa mengalami efek serangan sampai 700 kali lipat dari objek yg hilang karena operasi .
7. Begitu operasi selesai dilaksanakan. Maka para agen intelegen itu akan kembali ke barak dengan senyum lebar karena kantong dan dompetnya penuh dengan snack khas lebaran dan uang, hehehe...

Serius amat sih membacanya, just intermezzo bro...^^

Minggu, 25 Mei 2014

Mimpi

Tersebutlah pada sebuah malam. Malam yang sebenarnya biasa. Dalam sujud yang telah menjadi kebutuhan jiwa. Untuk bercengkrama dengan Rabbnya. Setelah menyelesaikan 14 sujud.

Kembali kubuka lembaran hidup. Membuka sejarah tuk evaluasi diri. Sudahkah diri ini berkembang? Menjadi lebih baik atau justru stagnan dalam pusaran dunia yang tak tentu arah?

Kubuka mimpi tuk mengukur jarak dengan alam dunia. Masihkan ia samar? Hingga aku harus meneranginya dengan asa dam tekad? Masihkah ia jauh? Hingga aku harus berlari lebih cepat?

Dan kutemukan kau... Mimpi yang bersemayam indah dalam satu tahun ini. Dalam kesamaran kuterangi dengan sujud malam. Dalam kejauhan ku tempuh dengan kesabaran.

Kini kau mulai terang...mulai dekat... Dan yang aku butuhkan sekarang adalah keberanian. Untuk lantang menyerukan pada dunia "INI MIMPIKU!!"

Sabtu, 17 Mei 2014

Masa Transisi

#Transisi adalah masa genting

Disana terjadi perubahan secara radikal #Transisi

Kondisi lingkungan dari kecil sampai besar #Transisi

Geografis, sosial dan alam berubah drastis #Transisi

Disini yang dibutuhkan adalah sikap jiwa yang besar #Transisi

Sikap yang responsif terhadap perubahan #Transisi

Kesiapan jiwa akan masa #Transisi ini akan sangat mempengaruhi perubahan itu

Sikap jiwa yang sigap akan membuat masa #Transisi terlewati dengan sukses

Dalam masa genting ini, ada baiknya berhenti sejenak, #Transisi

Merenungi setiap jengkal jalan kehidupan yang pernah terlewati, #Transisi

Hal ini penting, karena #Transisi adalah masa persimpangan

Peluang menjadi baik dan buruk terbuka lebar, #Transisi

Maka berlekat-lekat dengan sumber dan entitas kebaikan adalah cara mengawal masa #Transisi

Agar masa #Transisi ini berjalan lancar dan menuju kearah kebaikan

Selasa, 06 Mei 2014

Persatuan adalah Kewajiban

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.

Tersebutlah Syas bin Qais yang sakit hati ketika mendapati ukhuwah yang terpancar dari orang-orang suku Aus dan Khazraj karena cahaya islam. Lantas ia pun mengutus seorang yahudi untuk mengingatkan perselisihan mereka pada peristiwa Bu'ats.

Sampai terpantiklah amarah diantara Aus dan Khazraj. Suasana menjadi panas penuh amarah. Hampir-hampir peraelisihan itu berubah menjadi perang. Namun Sang Utusan, Muhammad SAW segera menenangkan mereka. Mengingatkan akan azab Allah dan seruan-seruan persatuan yang dibawa islam. Sang Nabi beraeru lantang "Wahai kaum muslimin! (Takutlah pada) Allah, (takutlah pada) Allah! Apakah seruan-seruan jahiliyah (muncul lagi), sedangkan aku masih berada di tengah-tengah kalian? Apakah setelah Allah menunjuki kalian kepada Islam, memuliakan kalian, menghapuskan cara jahiliyah dari kehidupan kalian, menyelamatkan kalian dari kekufuran, dan menjinakkan hati kalian, kalian kembali lagi kepada kekafiran?"

Semua berhenti, menunduk, menyesali kealpaan diri. Malu karena termakan tipu muslihat. Akhirnya mereka pun sadar, lantas saling berangkulan dan memberi maaf seraya menangis.

Lantas turunlah ayat diatas. Adalah ajakan serius kepada semua umat islam pada persatuan. Setidaknya ada beberapa hikmah dari ayat tersebut dan asbabun nuzulnya, diantaranya:
1. Peringatan agar berhati-hati terhadap intrik orang-orang non islam.
2. Persatuan adalah buah keimanan. Bila kita cermati penggalan ayat "mengembalikan kamu menjadi kafir sesudah beriman" yakni setelah kamu bersatu dan bersaudara, kamu berpecah belah karena permusuhan.
3. Berpegangteguhlah pada tali Allah.
4. Mengingatkan bahwa ukhuwah imaniyyah setelah beraneka permusuhan dan peperangan.
5. Tidak ada sesuatu pun yang dapat mempersatukan umat islam kecuali jika umat tersebut memiliki sasaran besar dan risalah termulia yang diperjuangkannya.
6. Sejarah adalah catatan dan pemberi nasehat yang baik bagi manusia.

Disarikan dari buku Fiqh Ikhtilaf Dr. Yusuf Qaradhawi

Jumat, 02 Mei 2014

Kisah Anak Kecil Sepulang Sekolah



Terlihat lincah ia berjalan. Di jalanan berdebu itu seolah menjadi taman bermain nan indah. Semua itu karena tingkah lucunya. Berlompatan penuh semangat seperti tokoh-tokoh kartun Dragon Ball yang berlompat-lompat riang di sudut pikirannya. Wajar. Ia baru saja menang “umbul” dengan teman-temannya di sekolah tadi. Ya. Ia menang besar. Bermodalkan 20 lembar gambar kini ia memiliki 200 lembar gambar.

Ia berlari. Melesat menuju rumah Bu Dhenya yang tua.

Sesampai di rumah tua itu ia bergegas masuk. Bukan untuk ganti baju melainkan memamerkan kemenangannya pada kakak sepupunya. Sang kakak yang masih sibuk di dapur tersenyum melihat adiknya yang sudah pulang sekolah. Tanpa berkata apapun, ia langsung menunjukkan gambar di tangannya. Hamper-hampir tangan mungilnya tidak cukup untuk membawa 200 lembar gambar itu dalam satu tangan. Sang kakak pun tersenyum “Lha kok dadi akeh?” komentarnya. Seraya bangkit sang kakak menghampiri adik sepupunya yang berdiri tegak. Sang kakak tersenyum, bukan karena “prestasi” adiknya tapi karena tingkah lucu adiknya itu. “yowes, saiki ndang salin njur maem” serunya penuh kehangatan.

Tapi si adik tak menggubris. Ia malah asyik bercerita panjang lebar tentang keberhasilannya. Mengalahkan teman-temannya dalam permainan tadi di sekolah. “mau gacuk e iki mbak”. Pamernya sambil menunjukkan gambar tokoh utama Dragon Ball. Son Goku dan Bejita. “mau ki kancaku sak mene, aku sak mene” imbuhnya sambil tangannya menunjukkan ketealan tertentu. Ia masih terus saja bercerita tentang permainan itu dan sang kakak dengan senang hati mendengarkan celotehan adiknya itu.


“Yowes saiki ndang salin, sesuk seragame dienggo maneh” celetuk sang kakak sambil mengulurkan tangan hendak membelai kepala adiknya. “Sek ah, meh tak itung sek. Gambare apik-apik mbak”. Jawab si adik seenaknya sambil menghindari tangan sang kakak.

Lantas si adik pun berlari, menuju ruang tamu dengan segenggam gambar hasil prestasinya hari ini. Sang kakak hanya tersenyum dan kembali ke dapur. Melanjutkan pekerjaan dapur yang masih tersisa.

Senin, 21 April 2014

Beberapa Surat Kartini

“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama. [Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902].

"Kyai, selama hidupku baru kali ini aku berkesempatan memahami makna surat Al Fatihah, surat pertama dan induk Al Quran yang isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku," ujar Kartini. Kyai Sholeh tertegun. Sang guru seolah tak punya kata untuk menyela.

Kartini melanjutkan; "Bukan buatan rasa syukur hati ini kepada Allah. Namun, aku heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al Quran ke dalam Bahasa Jawa. Bukankah Al Quran adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?"

“Menyandarkan diri kepada manusia, samalah halnya dengan mengikatkan diri kepada manusia. Jalan kepada Allah hanyalah satu. Siapa sesungguhnya yang mengabdi kepada Allah, tidak terikat kepada seorang manusia punm ia sebenar-benarnya bebas” (Surat kepada Ny. Ovink, Oktober 1900)

Dalam suratnya kepada Ny Van Kol, tanggal 21 Juli 1902, Kartini juga menulis; Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama disukai.

Lalu dalam surat ke Ny Abendanon, bertanggal 1 Agustus 1903, Kartini menulis; "Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah"

“Kesusahan kami hanya dapat kami keluhkan kepada Alloh, tidak ada yang dapat membantu kami dan hanya Dia-lah yang dapat menyembuhkan.” (surat Kartini kepada Nyonya Abandanon, 1 Agustus 1903)

Dalam surat-suratnya kemudian, Kartini banyak sekali mengulang-ulang kalimat “Dari Gelap Kepada Cahaya” ini. (Sayangnya, istilah “Dari Gelap Kepada Cahaya” yang dalam Bahasa Belanda adalah “Door Duisternis Tot Licht” menjadi kehilangan maknanya setelah diterjemahkan oleh Armijn Pane dengan istilah “Habis Gelap Terbitlah Terang”).

Kartini menemukan dalam surat Al-Baqarah ayat 257 bahwa ALLAH-lah yang telah membimbing orang-orang beriman dari gelap kepada cahaya (Minazh-Zhulumaati ilan Nuur). Rupanya, Kartini terkesan dengan ayat ini. Karena Kartini merasakan sendiri proses perubahan dirinya, dari kegelisahan dan pemikiran tak-berketentuan kepada pemikiran hidayah.

Copied from ZeroSevener's WA Group

Minggu, 20 April 2014

Senyum yang Tertahan dalam Wajah Politik Kita

Suasana Sidang Pleno KPU Kota Semarang
Ada hal yang menarik ketika kita mencermati konstelasi politik yang ada, kita bisa melihat ada “perilaku aneh” dari beberapa parpol setelah hasil QC dipublikasikan. Melihat style komunikasi antar parpol bisa dilihat seperti “ada senyum yang tertahan”. Lihat saja, PDIP yang justru getol melakukan safari politik ke beberapa parpol. Dan juga PPP yang justru mengumbar “urusan rumah tangga” di media. Tak lupa PKS yang telah “menyalahi takdir”nya para pengamat. Ahh... panggung politik memang selalu membuat para penonton mengekspresikan “senyum tertahan”nya.
PDIP. Walaupun telah menang “mutlak” namun setidaknya ada dua simpul peristiwa yang mengundang “senyum tertahan”. Sempat diberitakan oleh satu koran bahwa telah terjadi pengusiran Jokowi oleh Puan Maharani dalam rapat evaluasi Pemilu. Yach menarik untuk dicari tahu lebih dalam. Mengapa “faktor X” ini justru ditendang pasca Pileg yang mebuat perolehan PDIP menjadi pemenang? Tentu ini memancing “senyum yang tertahan”. Yang kedua, mengapa pula sang Capres yang dielu-elukan sangat rajin blusukan ke Parpol lain yang justru secara perolehan suara jauh dibawahnya? Apakah sang “Effect Maker” telah merubah fokus dari blusukan di tingkat bawah menjadi blusukan elit? Hehehe... sekali lagi, ini mebuat “senyum tertahan”
Gerindra. Menjelang kampanye terbuka kemarin sepertinya Prabowo bermain drama dengan cukup cantik dengan mengambil peran sebagai “sang teraniaya”. Lihat saja bagaimana Megawati mencampakkan perjanjian yang telah dibuatnya dan luapan perasaan sang jendral tersampaikan dalam puisi “Asal Santun”nya. Dan psikologis rakyat Indonesia sangat menyukai peran ini, alhasil bisa kita lihat perolehan suara Gerindra yang melejit masuk dalam 3 besar.
PPP. Sungguh memunculkan “senyum tertahan” ketika tahu bahwa “urusan dapur” menjadi “urusan tamu”. Di tengah panen suara yang naik dengan cukup apik, justru dapur rumahnya umat islam Indonesia ini menjadi tontonan hanya gegara si tuan rumah bermain di rumah tetangga yang sedang punya hajat di GBK. Ahh... silahkan dilanjutkan dech ngurusi dapurnya. Aku tak pandai megang pisau dapur, bisa-bisa malah salah potong, #eh
PKB. Nah..ini partai yang keren. Setelah “promosi” pake nama Mahfudz MD dan Bang Haji Rhoma Irama yang mendulang suara cukup besar sehingga PKB menjadi Partai islam terbesar saat ini. Kini saatnya PKB bermanuver. Namun sayang seribu sayang...namanya politik itu tetap aja penuh intrik. Dan sekarang tuh..malah Ketumnya yang mau nyawapres. Keren kan? Hmmm...kagak salah sih... karena kemarin kan Bang Haji dan MMD mau di capresin, dan sekarang Ketumnya cukup legowo dengan cuma nyawapres. Ini yang bikin banyak orang menjadi ter”senyum tertahan”. Tapi aku akui lho..PKB sukses menggaet massa NU dengan slogannya “NU yaa PKB”
Hanura. Keren dah kalo ngomongin ini Partai. Kenapa? Optimis abis...belum apa-apa udah declair “Paket Lengkap” yang bersih, peduli, tegas. dan QC membuktikan..*teng...teng...* sudah 5 persen bro! Itu artinya dengan “senyum tertahan” Hanura akan melenggang ke Pilpres dengan koalisi. Naahh... apakah paketnya masih lengkap atau bakan ada bongkar pasang? Kita nantikan karena pasti ada “rasa yang tertahan” jika “Paket Lengkap”-nya harus dibongkar.
PKS. Ini partai yang durhaka! Gimana ga durhaka coba, dulu, duluuu banget para pengamat yang bermata jeli itu bilang bahwa PKS bakal tamat, eh...pas opening kampanye aja GBK penuh. Nggak lucu donk kalo pengamat yang salah. Dan sekarang tuh, malah dengan PDnya bilang bakal ngelampaui perolehan kursi di Senayan dibanding Pemilu 2009 kemarin.
Yach drama apapun di pentas politik kita, kita sebagai penonton cuma bisa meonton dengan “senyum yang tertahan” karena para politisi selalu menyimpan “rasa yang tak tersampaikan”.
Politik ga’ perlu panik
Karena Politik itu unik

Sabtu, 12 April 2014

Ketika Ikhwan Jatuh Cinta

"Rabbana...Hablana min azwajina..."
Desahnya terhenti. Doa itu tak mampu ia selesaikan. Tetiba saja desahnya hilang. Hening. Dan mutiara jernih itu mengalir indah. Disertai getar tubuhnya.

Ya! Bergetar hebat. Tubuh kekarnya mendadak rapuh dalam tangis yang tertahan.

Ia masih membisu dalam duduknya setelah salam di tengah malam. Serasa sudah tak punya tenaga, ia mengadu penuh iba. "Yaa Allah..." bisiknya di tengah isak. Seakan air bah, tak tertahan. Namun tetap tanpa suara.

"Segala puji bagiMu..." dalam isak yang makin tak tertahan. Deras. Sampai akhirnya pecah, tak tertahan.

Tersungkur. Ia roboh.

Malu.

"atas rasa ini, fitrah ini..." tak berani ia menengadah. Malu pada Ar Rahman. atas lalai diri, hati.

Terdiam. Namun jelas, ia terengah. Seakan lelah berlari. Dan akhirnya pecah dalam getar hebat dan tangis.

Terbang, mengembara dalam memori. Ia menyusuri setiap keping peristiwa. Sejak awal pertemuan, pertemanan, dalam masalah, konflik dan perdebatan. Tetiba saja sekebat hijab putih menyeruak jelas, menjejali memorinya. Terlihat jelas ia berkibar, namun sang pemilik tetap tak terlihat. Samar.

"Ampun Yaa Rabb..." tangisnya pecah, getarnya hebat. Sampai jangkrik pun tak kuasa menenangkannya. Sampai isaknya terdengar sayup di pekarangan.

Ia bersalah, berdosa atas rasa yang ada. "Sungguh...hamba belum mampu..." suaranya tersendat "...tak bisa menjaga fitrahMU...". Penuh, menyesaki memori. Bayang jilbabnya indah, mempesona dengan akhlak yang ia punya.

"Astaghfirulloh...astaghfirulloh..." berulangkali bibirnya mengucap istighfar. Memohon ampun atas keliaran memorinya, atas bayang yang tak pantas, tak halal bahkan hanya dalam angan. Tapi dalam hati ia mengakui, pesona akhlaknya membuat ia terpana.

Makin dalam, makin lama sambil otot-ototnya mengejang. Ia membenamkan muka dalam sujudnya. Merasa sungguh hina atas rasa yang tak pantas ada. "Sungguh rasa ini... terlalu suci untuk diri yang hina ini..."

"Yaa Rabb...rasa ini terlalu dini untuk diri semuda ini" Terdengar rintihnya berpadu dalam isak, sedu sedan.
Astaghfirulloh...
Astaghfirulloh...
Astaghfirulloh...
Astaghfirulloh...
Terus terdengar sampai ia benar-benar rubuh tak sadarkan diri...