Minggu, 25 Mei 2014

Mimpi

Tersebutlah pada sebuah malam. Malam yang sebenarnya biasa. Dalam sujud yang telah menjadi kebutuhan jiwa. Untuk bercengkrama dengan Rabbnya. Setelah menyelesaikan 14 sujud.

Kembali kubuka lembaran hidup. Membuka sejarah tuk evaluasi diri. Sudahkah diri ini berkembang? Menjadi lebih baik atau justru stagnan dalam pusaran dunia yang tak tentu arah?

Kubuka mimpi tuk mengukur jarak dengan alam dunia. Masihkan ia samar? Hingga aku harus meneranginya dengan asa dam tekad? Masihkah ia jauh? Hingga aku harus berlari lebih cepat?

Dan kutemukan kau... Mimpi yang bersemayam indah dalam satu tahun ini. Dalam kesamaran kuterangi dengan sujud malam. Dalam kejauhan ku tempuh dengan kesabaran.

Kini kau mulai terang...mulai dekat... Dan yang aku butuhkan sekarang adalah keberanian. Untuk lantang menyerukan pada dunia "INI MIMPIKU!!"

Sabtu, 17 Mei 2014

Masa Transisi

#Transisi adalah masa genting

Disana terjadi perubahan secara radikal #Transisi

Kondisi lingkungan dari kecil sampai besar #Transisi

Geografis, sosial dan alam berubah drastis #Transisi

Disini yang dibutuhkan adalah sikap jiwa yang besar #Transisi

Sikap yang responsif terhadap perubahan #Transisi

Kesiapan jiwa akan masa #Transisi ini akan sangat mempengaruhi perubahan itu

Sikap jiwa yang sigap akan membuat masa #Transisi terlewati dengan sukses

Dalam masa genting ini, ada baiknya berhenti sejenak, #Transisi

Merenungi setiap jengkal jalan kehidupan yang pernah terlewati, #Transisi

Hal ini penting, karena #Transisi adalah masa persimpangan

Peluang menjadi baik dan buruk terbuka lebar, #Transisi

Maka berlekat-lekat dengan sumber dan entitas kebaikan adalah cara mengawal masa #Transisi

Agar masa #Transisi ini berjalan lancar dan menuju kearah kebaikan

Selasa, 06 Mei 2014

Persatuan adalah Kewajiban

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.

Tersebutlah Syas bin Qais yang sakit hati ketika mendapati ukhuwah yang terpancar dari orang-orang suku Aus dan Khazraj karena cahaya islam. Lantas ia pun mengutus seorang yahudi untuk mengingatkan perselisihan mereka pada peristiwa Bu'ats.

Sampai terpantiklah amarah diantara Aus dan Khazraj. Suasana menjadi panas penuh amarah. Hampir-hampir peraelisihan itu berubah menjadi perang. Namun Sang Utusan, Muhammad SAW segera menenangkan mereka. Mengingatkan akan azab Allah dan seruan-seruan persatuan yang dibawa islam. Sang Nabi beraeru lantang "Wahai kaum muslimin! (Takutlah pada) Allah, (takutlah pada) Allah! Apakah seruan-seruan jahiliyah (muncul lagi), sedangkan aku masih berada di tengah-tengah kalian? Apakah setelah Allah menunjuki kalian kepada Islam, memuliakan kalian, menghapuskan cara jahiliyah dari kehidupan kalian, menyelamatkan kalian dari kekufuran, dan menjinakkan hati kalian, kalian kembali lagi kepada kekafiran?"

Semua berhenti, menunduk, menyesali kealpaan diri. Malu karena termakan tipu muslihat. Akhirnya mereka pun sadar, lantas saling berangkulan dan memberi maaf seraya menangis.

Lantas turunlah ayat diatas. Adalah ajakan serius kepada semua umat islam pada persatuan. Setidaknya ada beberapa hikmah dari ayat tersebut dan asbabun nuzulnya, diantaranya:
1. Peringatan agar berhati-hati terhadap intrik orang-orang non islam.
2. Persatuan adalah buah keimanan. Bila kita cermati penggalan ayat "mengembalikan kamu menjadi kafir sesudah beriman" yakni setelah kamu bersatu dan bersaudara, kamu berpecah belah karena permusuhan.
3. Berpegangteguhlah pada tali Allah.
4. Mengingatkan bahwa ukhuwah imaniyyah setelah beraneka permusuhan dan peperangan.
5. Tidak ada sesuatu pun yang dapat mempersatukan umat islam kecuali jika umat tersebut memiliki sasaran besar dan risalah termulia yang diperjuangkannya.
6. Sejarah adalah catatan dan pemberi nasehat yang baik bagi manusia.

Disarikan dari buku Fiqh Ikhtilaf Dr. Yusuf Qaradhawi

Jumat, 02 Mei 2014

Kisah Anak Kecil Sepulang Sekolah



Terlihat lincah ia berjalan. Di jalanan berdebu itu seolah menjadi taman bermain nan indah. Semua itu karena tingkah lucunya. Berlompatan penuh semangat seperti tokoh-tokoh kartun Dragon Ball yang berlompat-lompat riang di sudut pikirannya. Wajar. Ia baru saja menang “umbul” dengan teman-temannya di sekolah tadi. Ya. Ia menang besar. Bermodalkan 20 lembar gambar kini ia memiliki 200 lembar gambar.

Ia berlari. Melesat menuju rumah Bu Dhenya yang tua.

Sesampai di rumah tua itu ia bergegas masuk. Bukan untuk ganti baju melainkan memamerkan kemenangannya pada kakak sepupunya. Sang kakak yang masih sibuk di dapur tersenyum melihat adiknya yang sudah pulang sekolah. Tanpa berkata apapun, ia langsung menunjukkan gambar di tangannya. Hamper-hampir tangan mungilnya tidak cukup untuk membawa 200 lembar gambar itu dalam satu tangan. Sang kakak pun tersenyum “Lha kok dadi akeh?” komentarnya. Seraya bangkit sang kakak menghampiri adik sepupunya yang berdiri tegak. Sang kakak tersenyum, bukan karena “prestasi” adiknya tapi karena tingkah lucu adiknya itu. “yowes, saiki ndang salin njur maem” serunya penuh kehangatan.

Tapi si adik tak menggubris. Ia malah asyik bercerita panjang lebar tentang keberhasilannya. Mengalahkan teman-temannya dalam permainan tadi di sekolah. “mau gacuk e iki mbak”. Pamernya sambil menunjukkan gambar tokoh utama Dragon Ball. Son Goku dan Bejita. “mau ki kancaku sak mene, aku sak mene” imbuhnya sambil tangannya menunjukkan ketealan tertentu. Ia masih terus saja bercerita tentang permainan itu dan sang kakak dengan senang hati mendengarkan celotehan adiknya itu.


“Yowes saiki ndang salin, sesuk seragame dienggo maneh” celetuk sang kakak sambil mengulurkan tangan hendak membelai kepala adiknya. “Sek ah, meh tak itung sek. Gambare apik-apik mbak”. Jawab si adik seenaknya sambil menghindari tangan sang kakak.

Lantas si adik pun berlari, menuju ruang tamu dengan segenggam gambar hasil prestasinya hari ini. Sang kakak hanya tersenyum dan kembali ke dapur. Melanjutkan pekerjaan dapur yang masih tersisa.