Selasa, 06 Mei 2014

Persatuan adalah Kewajiban

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.

Tersebutlah Syas bin Qais yang sakit hati ketika mendapati ukhuwah yang terpancar dari orang-orang suku Aus dan Khazraj karena cahaya islam. Lantas ia pun mengutus seorang yahudi untuk mengingatkan perselisihan mereka pada peristiwa Bu'ats.

Sampai terpantiklah amarah diantara Aus dan Khazraj. Suasana menjadi panas penuh amarah. Hampir-hampir peraelisihan itu berubah menjadi perang. Namun Sang Utusan, Muhammad SAW segera menenangkan mereka. Mengingatkan akan azab Allah dan seruan-seruan persatuan yang dibawa islam. Sang Nabi beraeru lantang "Wahai kaum muslimin! (Takutlah pada) Allah, (takutlah pada) Allah! Apakah seruan-seruan jahiliyah (muncul lagi), sedangkan aku masih berada di tengah-tengah kalian? Apakah setelah Allah menunjuki kalian kepada Islam, memuliakan kalian, menghapuskan cara jahiliyah dari kehidupan kalian, menyelamatkan kalian dari kekufuran, dan menjinakkan hati kalian, kalian kembali lagi kepada kekafiran?"

Semua berhenti, menunduk, menyesali kealpaan diri. Malu karena termakan tipu muslihat. Akhirnya mereka pun sadar, lantas saling berangkulan dan memberi maaf seraya menangis.

Lantas turunlah ayat diatas. Adalah ajakan serius kepada semua umat islam pada persatuan. Setidaknya ada beberapa hikmah dari ayat tersebut dan asbabun nuzulnya, diantaranya:
1. Peringatan agar berhati-hati terhadap intrik orang-orang non islam.
2. Persatuan adalah buah keimanan. Bila kita cermati penggalan ayat "mengembalikan kamu menjadi kafir sesudah beriman" yakni setelah kamu bersatu dan bersaudara, kamu berpecah belah karena permusuhan.
3. Berpegangteguhlah pada tali Allah.
4. Mengingatkan bahwa ukhuwah imaniyyah setelah beraneka permusuhan dan peperangan.
5. Tidak ada sesuatu pun yang dapat mempersatukan umat islam kecuali jika umat tersebut memiliki sasaran besar dan risalah termulia yang diperjuangkannya.
6. Sejarah adalah catatan dan pemberi nasehat yang baik bagi manusia.

Disarikan dari buku Fiqh Ikhtilaf Dr. Yusuf Qaradhawi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar