Senin, 28 Oktober 2013

Kadang Mata Terhijabi dalam Memandang

Kau lihat kawan...
Indah nian rumah diatas perairan
Ia tegak diatas kelembutan
Menjulang tinggi tanpa keangkuhan

Ahh...
Apa kamu buta??!
Tak ada pesona keindahan disana
Hanya rumah terhijabi semak
Tak ada keindahan, hanya gambar yang suram

*senyum kecil
Matamu tak salah sobat
Memang rumah itu terhijabi semak
Hingga yang indah jadi tak nampak
Maka, bukalah mata hatimu
Karena ia bisa membuka tabir keindahan yang tertutup

#dalam langkah pagi dan diskusi

Minggu, 27 Oktober 2013

Statment dan Resume

"Mencari sendiri, dicarikan teman atau dicarikan guru ngaji semuanya tidak melanggar syariah selama tidak ada 'prolog'nya"
"Hendaklah mempertimbangkan juga kepentingan keluarga, masyarakat dan dakwah" ust. Agung BM
"Antum harus bisa mengomunikasikan keinginan antum kepada 'pihak-pihak berwajib'. Karena itu bagian dari proses pendewasaan. Dan sebenarnya via proposal itu adalah etika kita dalam berjama'ah" ust. Usep B
"Saya membayangkan ada seperangkat komputer yg berisi database ikhwan-akhwat dimana setiap ikhwah/akhwat yg datang ke tempat saya yg meminta untuk dinikahkan. Jika sudah punya pilihan, malah memudahkan kami sehingga kami tinggal melakukan cross ceck tarbawi saja, dan jika belum maka silahkan mencari di komputer tadi. Jika sudah menemukan yg cocok, maka akan kami proses secara tarbawiy" ust. Cahyadi T
"Manhaj itu disusun untuk memudahkan dan memastikan. Memudahkan bagi setiap kader untuk menikah, dan memastikan bahwa seorang kader menikah dengan kader juga" ust. Cahyadi T
"Hendaknya jangan terlalu kaku dalam menilai dan memilihkan pasangan bagi seorang ikhwan/akhwat, namun demikian jangan terlalu membebaskannya. Kita harus pandai-pandai 'menarik-ulur' pertimbangan agar kader-kader kita tidak mbalelo" ust. Afif

Beberapa wejangan ustad yang pernah saya ajak diskusi dan resume beberapa buku tentang bab menikah.

Sabtu, 19 Oktober 2013

Penuh Prasangka

"Mas amplope endi?"
"Ko laka kaose?"
"Mas sampeyan olih bayaran pira?"

Hehehe...itulah kesan beberapa masyarakat yang kami temui sepanjang aktivitas kami mengenalkan pasangan Fikri Berkah kepada masyarakat di kabupaten tegal. Kesan yang seolah-olah lazim dan predicable saat musim pilkada seperti sekarang ini. Namun bukan itu yang menjadi inti tulisanku di malam ini.
Bagaimanapun respon yang sangat wajar ketika masyarakat "minta mahar" atas suara mereka. Karena sejarah politik kita di era orba telah mengajarkan demikian maka bukan perkara mudah untuk menghilangkan persepsi "mahar" itu dalam kehidupan politik kita. Pun saya juga mengakui bahwa praktek-praktek pemberian "mahar" ini masih jalan instan bagi mereka yang punya modal untuk meraih kekuasaan. Disini praktek seperi itu sudah lumrah. Alasannya klise, "masyarakat tak mau dibohongi oleh janji-janji manis kampanye". Jadi mereka meminta "mahar" ini agar besok-besok kalau sudah jadi lupa tidak menjadi masalah karena kami sudah mendapatkannya dimuka".
Namun kami bukan calon bupati yang bermodal. Jadi kami tidak bisa memberikan "mahar" itu. Yang kami miliki adalah cinta yang siap kami berikan kepada masyarakat. Maka dari itu kami galakkan silaturohim ke mereka. Kami ketuk satu per satu rumah,kami sampaikan salam, kami kenalkan pada calon yang kami usung. Dan hasilnya...subhanalloh....sungguh beragam. Ada yang sudah mengenal kami dan memberikan dukungan dengan ikhlas namun ada juga yang "meminta mahar" namun kami hanya bisa memberikan senyuman. Bahkan ada juga yang mendapatkan respon yang menantang, hehehe... bagi kami, itu adalah refleksi cinta kami. Maka, tidak ada sikap lain selain meningkatkan rasa cinta kami kepada masyarakat, karena kami yakin cinta selalu terbalas cinta dan pada akhirnya kan berbuah syurga...

Jumat, 18 Oktober 2013

Fikri Berkah, Tegal Bungah. Kisah Relawan Amatir :)

Subhanalloh...itu kata pertama yang aku kira pantas untuk mewakili segenap rasa yang muncul dalam hati selama kegiatan hari ini. Ya, sesuai judul diatas, hari ini pengalaman pertamaku terjun ke masyarakat untuk mensosialisasikan salah satu calon bupati kabupaten tegal. Ini hal baru bagiku, karena sebelum ini aku tidak pernah menunjukkan afiliasi politikku,namun sekarang aku dituntut untuk menunjukka pilihan politikku.
Ada rasa senang, canggung, takut, malu de el el... maklumlah pengalaman pertama...^^ sempet ketemu dengan orang yang ketika diajak diskusi langsung berujar "mas, amplope endi?". Skak!! "Duh, gimanaa....ini ngejawabnya?? Pasangan yang aku bantu ndak ngasih iming-iming uang buat kampanye. Lagian pake uang itu ndak boleh n' ngelanggar aturan" batinku.
Ada juga yang udah cerdas, "mas, yen nganggo duit mengkone musti bakal korupsi". Siippp dah...seneng banget denger penuturan seorang ibu yang kayak gini, hehehe...^^ ini ibu udah pinter...sepakat bangetlah ama pikiranku, dadi pemilih emang kudu cerdas, biar pemimpin yang jadi itu bener-bener orang yg berkualitas.
Eh, ada juga yang lucu tadi. Seorang bapak yg ngajuin pertanyaan yg bener2 unpredicable. "Mas umahe pak fikri iku endi to?" Cepp...udah deh, semua anggota tim pada diem n' saling lihat...maklum, timses impor...jadi ndak ada yang tau alamat rumahe pak fikri,hehehe...
Yach, itu sedikit pengalamanku jadi relawan pemenangan pasangan Fikri Berkah di Pemilukada Kabupaten Tegal. Udeh dulu yach...kudu istirahat soale besok pertempuran jilid dua dimulai

Kamis, 17 Oktober 2013

Mimpiku

Sederhana saja...ingin punya kebun seluas 5 hektar buat budidaya tanaman buah bernilai ekonomi tinggi dan sebagian lagi bisa digunakan sebagai wahan pembelajaran out door bagi anak-anak SD SMP SMA. Punya aktivitas sosial dimana bisa mendampingi perkembangan anak-anak menjadi bintang.
Namun setelah mimpi itu aku tancapkan dalam dada, ada berjuta langkah untuk membuatnya nyata. Bukan hanya nafas panjang dan finansial yang besar yang aku butuhkan tapi lebih dari itu...aku harus mentransformasikan diriku untuk memenuhi syarat-syarat menggapai mimpi itu.
Planning itu pasti...
Langkah itu wajib...
Bismillah...

Selasa, 15 Oktober 2013

Pesan Sang Kawan

Sebelum aku memejamkan mata, boleh donk share dikit tentang pesan kawan-kawanku yg masih aku inget -sambil menatap langit meneropong masa masa kuliah-
"ikatlah ilmu dg menulisnya" -subhan,temen sekos dan sehalaqoh-
"Dakwah 'ilmy itu mencerdaskan orang sholeh dan mensholehkan orang cerdas" -firmanul catur,preside  UKM Penelitian-
"Kampus itu laboratorium,maka bereksperimenlah tanpa takut kesalahan,karena kesalahan di kampus itu ibarat kesalahan di laboratorium,levelnya kecil" -tony iswahyudi,ketua UKKI Unnes-
"Pemimpin itu ada dua jenis,struktural dan kultural. Struktural butuh jabatan sedangkan kultural butuh karakter, maka jadilah pemimpin khltural" -wargo pramono,ketua DPM KM Unnes-
"Jadilah pemimpin yang egaliter" -yuniar kustanto, Menteri Luar Negeri BEM KM Unnes 2010-
"kalau tidak bisa jadi yg pertama, maka jangan jadi yg terakhir" -mahardhika setyawan,Ketua KAMMI Komisariat Unnes 2011-
"Mana yg lebih pintat, dokter apa petani?" -M. Nur Sodiq, Presma Unnes 2010-
"Pahlawan adalah orang yg sudah selesai dg dirinya" -m. Luqmanul hakim, Ketua KAMMI Komisariat Unnes th 2010-

Dan masih banyak lagi pesan dari kawan-kawan seperjuanganku yg telah membersamaiku selama ini...

Memandang Parpol di Indonesia

Saya tidak hendak memilih ataupun mengarahkan opini anda untuk memilih parpol pilihanku. Saya hanya hendak menyampaikan gagasan terbuka tentang gambaran partai politik yg ideal versi saya,jadi kalo ndak setuju ndak apa-apa ko :)
Baiklah, langsung saja. Partai politik adalah representasi sebuah gerakan yg berkutat dg kekuasaan dan berhubungan dengan hajat hidup orang banyak. Oleh karena itu sebuah parpol harus mengejawantahkan dalam bentuk 2 gerakan sekaligus. Gerakan politik itu sendiri dan gerakan sosial.
Gerakan politik adalah "gerakan natural" dari sebuah parpol. Ia bergerak dengan logika "how to get power?" Logika ini adalah logika persaingan. Dimana antar parpol harus saling berlomba untuk mendapatkan kekuasaan. Dalam negara demokrasi berarti bagaimana ia mendapatkan suara sebesar mungkin dalam perhelatan pemilu.
Yang kedua adalah gerakan sosial. Dimana ia bergerak dengan logika "how to serve people?" Logika ini adalah logika pelayanan dimana setiap parpol berusaha semaksimal mungkin untuk melayani masyarakat dengan aksi-aksi pelayanan sosial. Logika ini menuntut setiap anggota parpol dapat melakukan aksi-aksi sosial yang bersifat nyata untuk masyarakat.
Dua model gerakan ini harus berjalan beriringan seperti kaki yang berjalan. Tidak ada yang mendominasi dari salah satu gerakan. Nah, mari menjadi pemilih cerdas dengan melihat lebih detail dari sebuah parpol. Karena menjelang pemilu selalu ada pencitraan dan pembusukan karakter antar parpol. Hal ini karena logika persaingan yang mendominasi cara berfikir parpol.
Sekian, MERDEKA!!!

Senin, 14 Oktober 2013

Nasionalisme kami

"Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, mencegah dari yg munkar dan beriman kepada Allah..." Ali Imran:110

"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara..." Al Hujurat:10

Dua kalam Allah itu saya kira cukup sebagai pijakan dalam memandang diri kita dan mendefinisikan makna "Nasionalisme" kami. Kami yakin bahwa kami dijanjikan menjadi umat terbaik jika kami beriman kepada Allah, menyeru pada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran.
Dan juga bahwa nasionalisme kami lebih luas dari sekat-sekat teritorial karena Allah menjadikan umat muslim itu bersaudara. Maka nasionalisme kami adalah persaudaraan seaqidah dimana ia bisa lintas geografis dan suku. Allah mengajarkan kepada kami bahwa setiap orang yg bersaksi atas keesaan Allah dan kerasulan Muhammad SAW adalah saudara kami yg haram bagi kami untuk menumpahkan darahnya.
Maka wahai saudaraku, engkau adalah saudara kami dan oleh karena itu atas rahmat Allah kami mencintaimu sebagaimana kami mencintai diri kami. Engkau mulia di mata kami dan engkau berkedudukan sama seperti kami.